Bupati Jayawijaya Atenius Murip Secara Resmi Menutup Festival Budaya Lembah Baliem ke-33 Tahun 2025

KABARTODAY,JAYAWIJAYA | Bupati Jayawijaya Atenius Murip secara resmi telah menutup kegiatan Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) ke-33 tahun 2025 siang ini,yang di saksikan puluhan ribu wisatawan baik Lokal Nusantara dan Mancanegara siang ini di lapangan di Distrik Usilimo pada Saptu (9 Agustus 2025).

Festival FBLB yang di selenggarakan sejak tanggal 7-9 Agustus 2025 selama 3 hari mampu menarik perhatian Wisatawan untuk datang dan berkunjung ke Wilayah Kabupaten Jayawijaya Untuk menikmati keindahan alam serta Kebudayaan lokal penduduk setempat.

Pada penutupan FBLB ini Bupati Jayawijaya Atenius Murip menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak terkait hingga lancar dan suksesnya acara ini, TNI/Polri terutama pemerintah pusat Kementrian Pariwisata  yang telah mendukung kegiatan FBLB,untuk memperkenalkan Budaya Asli Jayawijaya kepada Dunia Internasional.

“Tadinya kita menutup acara jam 12.00 WIT siang ini,dengan banyak Antusiasme yang begitu tinggi di masyarakat dan wisatawan untuk menyaksikan Atraksi atraksi  tari tarian dan perang yang di lakukan terpaksa kami tutup jam 2.00” Kata Atenius Murip.

Ia juga menambahkan dengan dengan acara yang luar biasa ini,yang di lakukan selama 3 hari dari tanggal 7- 9 cuaca begitu cerah kita melihat Tuhan Allah memberkati dan meridhoi acara FBLB.

“Hari pertama ke-2 dan ke-3 kita dapat melihat antusias masyarakat yang begitu tinggi untuk menyaksikan kegiatan pelaksanaan Festival Budaya Lembah Baliem ke-33 Tahun 2025 ,Tanahku Budayaku,Dari Tanah Jayawijaya Untuk Dunia”.Ungkap Atenius Murip saat di liput awak media.

Fesival Budaya Lembah Baliem ini adalah sebuah acara untuk melestarikan budaya masyarakat Lembah Baliem (Hubula, Lani, Yali, Ngalik, Nduga, Walak, dll.) yang umumnya digelar di wilayah kabupaten Jayawijaya pada bulan Agustus dengan cara memperkenalkan budaya tempat itu seperti bahasa; cerita asal usuk rakyat; tarian-tarian daerah dari masing-masing suku; kerajinan tangan seperti; noken, ukiran kayu, koteka, tombak, dan sali (rok rumbai kayu); dan puncaknya skenario perang suku tiruan. Festival ini sudah digelar sejak tahun 1989.

Pos terkait