DEPOKPOS – Tel Aviv dan Washington saling tuding terkait pengiriman senjata ke Israel, yang sedang melancarkan serangan militer ke Gaza, Palestina.
Hal ini dimulai saat Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu membuat klaim bahwa AS menghambat pengiriman senjata ke negaranya. Menurutnya, kemampuan Israel untuk menang dalam perang sembilan bulan dengan Hamas terhambat sebagai dampaknya.
“Saya mengatakan bahwa tidak dapat dibayangkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir pemerintah telah menahan senjata dan amunisi untuk Israel, sekutu terdekat Amerika, berjuang untuk hidupnya, berperang melawan Iran dan musuh bersama kita lainnya,” ucap Netanyahu dalam akun X-nya dikutip The Guardian, Kamis (20/6/2024).
Netanyahu pun menambahkan dengan meniru apa yang pernah disampaikan oleh PM Inggris di era Perang Dunia Kedua, Winston Churchill. Saat itu, Churchill meminta AS untuk memberikan senjata kepada Inggris dan London yang akan berperang.
“Dan saya katakan, berikan kami alat, dan kami akan menyelesaikan pekerjaan jauh lebih cepat,” tambahnya.
Hal ini sontak mengundang reaksi dari AS. Menteri Luar Negeri Antony Blinken membantah tudingan Netanyahu dan mengatakan AS berkomitmen terhadap keamanan Israel dan terus melakukan transfer senjata secara teratur. Meski begitu, ia mengakui penahanan pengiriman bom-bom berat masih tetap berlaku.
“Kami, seperti yang Anda ketahui, terus meninjau satu pengiriman yang telah dibicarakan oleh Presiden Biden sehubungan dengan bom seberat 2.000 pon karena kekhawatiran kami tentang penggunaannya di daerah padat penduduk seperti Rafah,” ujarnya Blinken.
“Itu masih dalam peninjauan. Tapi segala sesuatunya bergerak seperti biasanya.”
Di sisi lain, Gedung Putih membantah klaim Netanyahu bahwa AS telah menahan senjata ke Israel selama berbulan-bulan. Ia menekankan bahwa AS hanya menghentikan satu pengiriman bom.
“Kami benar-benar tidak tahu apa yang dia bicarakan. Ada satu pengiriman amunisi yang dihentikan,” kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre kepada wartawan.
“Kami terus melakukan diskusi konstruktif dengan Israel untuk pelepasan kiriman tersebut. Tidak ada jeda.”
Dinamika ini sendiri bergulir saat Biden memenangkan persetujuan kongres untuk paket bantuan militer senilai US$ 14 miliar (Rp 229 triliun) untuk Israel. Penjualan terpisah pesawat F15 AS senilai US$ 15 miliar (Rp 245 triliun) juga akan dilanjutkan.
Biden terus memberikan bantuan meskipun ada tentangan dari partai Demokratnya sendiri, di mana kelompok progresif menuduh Israel melakukan genosida dalam perang yang kini telah menewaskan lebih dari 37.000 warga Palestina.
Pejabat senior pemerintahan Washington pun disebut marah dengan adanya tudingan Netanyahu ini. Axios, mengutip dua sumber yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa pertemuan bilateral yang dijadwalkan pada 20 Juni telah dibatalkan untuk memberikan sinyal kekecewaan kepada Netanyahu.
Utusan AS untuk Israel, Amos Hochstein, telah menyampaikan pesan tersebut kepada Netanyahu. Ia menyebut tudingan itu salah besar.
“Keputusan ini memperjelas bahwa ada konsekuensi jika melakukan tindakan seperti itu,” tulis Axios mengutip pernyataan seorang pejabat Amerika.
Di sisi lain, seorang juru bicara dewan keamanan nasional Gedung Putih tidak memberikan penjelasan lebih lanjut terkait laporan ini. Namun mereka kembali memperkuat kebingungan atas tudingan Netanyahu.
“Seperti yang kami katakan dalam pengarahan kemarin, kami tidak tahu apa yang dibicarakan PM. Namun itu bukan alasan untuk menjadwalkan ulang pertemuan.”