DEPOKPOS – Timur Tengah memanas menyusul berbagai insiden yang memuncak di pembunuhan Ismail Haniyeh, pemimpin kelompok militan Palestina, Hamas.
Amerika Serikat (AS) mengerahkan tambahan kekuatan militer di Timur Tengah sebagai langkah defensif dan meredakan ketegangan di kawasan tersebut. Hal ini disampaikan seorang pejabat Gedung Putih pada Minggu (4/8) seperti diberitakan Reuters.
Haniyeh tewas di Teheran, Iran pada Rabu (31/7) dan Israel yang dituduh sebagai dalangnya. Sehari sebelumnya Israel menyerang Beirut, Lebanon hingga menewaskan seorang komandan militer senior Hizbullah.
Hamas dan Hizbullah merupakan kelompok militan yang didukung Iran.
Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran bahwa perang Israel melawan Hamas di Gaza sejak Oktober 2023, yang menjadi pangkal insiden sebelumnya, bakal meningkat menjadi konflik lebih besar di Timur Tengah.
Iran dan Hamas yang menyalahkan Israel atas tewasnya Haniyeh, bersama Hizbullah, telah bersumpah bakal membalas dendam.
Pentagon mengatakan pada Jumat (2/8) bahwa mereka akan mengerahkan jet tempur tambahan dan kapal perang Angkatan Laut ke Timur tengah.
“Tujuan keseluruhannya adalah untuk menurunkan suhu di kawasan tersebut, mencegah dan mempertahankan diri dari serangan-serangan tersebut, dan menghindari konflik regional,” kata Jonathan Finer, wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih dalam program ‘Face the Nation’ CBS.
Finer mengatakan sempat ada anggapan ‘kemungkinan besar’ terjadi konflik regional pada April lalu, ketika Iran menyerang Israel menggunakan drone dan rudal. Serangan ini merupakan balasan pada serangan Israel ke konsulatnya di Damaskus pada 1 April yang menewaskan tujuh perwira Korps Garda Revolusi Islam di Suriah.
Finer bilang AS ingin bersiap jika situasi seperti itu muncul lagi.
Presiden AS Joe Biden pada Sabtu (4/8) mengatakan harapannya agar Iran tak melakukan serangan meski sudah mengancam bakal membalas dendam pembunuhan Haniyeh.