Jangan Menyerah; Berbagi Cerita Perjuangan Hadapi Pandemi

Pada hari (Senin, 02 Maret 2020) nama Indonesia masuk ke dalam negara yang terjangkit virus corona, hingga saat ini Indonesia masih melakukan berbagai hal agar virus corona benar benar hilang dari Indonesia. Menurut data real time dari The GISAID Global Initiative On Sharing All Influenza Data (by Jhons Hopkins CSSE), setidaknya ada 69 negara yang terus berjuang melawan ancaman virus corona.

Hingga saat ini pandemi masih tersebar di Indoensia mulai dari kalangan atas maupun bawah banyak yang terjangkit virus covid-19 ini. Disini saya ingin berbagi cerita perubahan pola hidup saat hadapi pandemi, jangan di skip ya

Saat di umumkannya Covid-19 masuk ke Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada awal Maret, banyak yang mendapati efek sampingnya, salah satunya keluarga saya.

Ayah saya bekerja di salah satu kantor perusahaan yang ada di Jakarta, apa jabatannya? Manajer? Kepala Perusahaan? Tidak, bukan, Ayah saya seorang supir di kantor tersebut, yang kerjaannya selalu di butuhkan oleh banyak orang, mengapa saya sebut selalu dibutuhkan? Karena, jikalau tidak ada Ia tidaklah berjalan baik perusahaan tersebut, karena jasa seorang supir itu sangat mulia dan diperlukan oleh banyak orang, terutama orang yang tidak bisa mengandarai mobil.

Saat virus corona mulai menyebar perlahan di Indonesia, Ayah saya harus di stop dari pekerjaannya, yang membuat keluarga saya harus berfikir dan melakukan pola keseharian yang berbeda dari sebelumnya. Salah satunya uang mingguan Umi, Saya, dan Kakak Laki-laki saya harus di potong. Mengapa demikian? Karena masih banyak lagi keperluan keluarga saya yang harus dipenuhi. Kami tetap banyak bersyukur karena di stopnya Ayah saya dari pekerjaannya masih menerima Gaji bulanan, walaupun tidak termasuk gaji lembur, tetapi Alhamdulillah kami bisa hidup tercukupi.

Seiring berjalannya waktu saya mencari pekerjaan ringan untuk menopang beberapa keperluan saya. Lalu, Alhamdulillah saya mendapatkan pekerjaan. Apakah pekerjaan itu? Yaa saya jualan kebab dan burger, usaha tersebut milik orang lain, dan saya yang menjaganya. Walaupun gajinya tidak seberapa tetapi tercukupi untuk sampingan saya yang sedang kuliah online.

Di awal tahun 2021 pandemi ini belum usai, bahkan lebih tersebar luas dibeberapa kota di Indonesia. Memarahnya virus ini yang mengharuskan Ayah saya dikeluarkan dari tempat kerjanya, ini membuat keluarga saya bingung karena saya dan kakak saya perlu biaya untuk melanjutkan perkuliahan kami. Dan di saat yang bersamaan saya pun sudah tidak bekerja lagi menjaga kebab dan burger tersebut, di karenakan ada suatu problem sipemilik usaha dan orang lain. Pada saat itulah keluarga saya benar benar teruji kesabarannya, kami terus berusaha mencari jalan keluarnya untuk mendapatkan pemasukan terutama kepala keluarga, yaitu ayah saya. Hingga sempat terfikirkan saya ingin keluar dari kuliah dan mencari pekerjaan yang lebih layak untuk bisa memenuhi ke butuhan keluarga ini. Tetapi saya terus melawan rasa itu, karena saya tau bahagianya kedua orang tua ketika melihat anaknya menggunakan jubah toga.

Berjalannya waktu kami pasrahkan kepada Yang Maha Esa, kami yakin dengan usaha yang sungguh sungguh akan membuahkan hasil yang baik. Tidak lama setelah itu kami mendapatkan kabar baik, Ayah saya di panggil untuk menjadi supir pribadi seorang Dokter. Kami sangat sangat lah bersyukur. Begitupun dengan saya, saya mendapatkan pekerjaan baru yaitu menjaga sebuah stand minuman kekinian yaitu Boba.

Banyak hal yang dapat kita ambil dari perjuangan melawan wabah Covid 19 ini, jangan jadikan wabah ini untuk kalian terpuruk dan tidak ingin bangkit. Semua ada jalannya selagi kita niat berusaha, dan jangan lupa selalu hadirkan rasa syukur pada diri sendiri, karena dengan rasa syukur kita akan menjalankan kehidupan dengan lebih ikhlas. Sekian cerita singkat saya, semoga bisa bermanfaat. [Nur’azizah Adillah, Mahasiswi STEI SEBI]

Pos terkait