DEPOKPOS – Akhir-akhir ini kita sering sekali mendengar kabar tentang bencana alam yang terjadi. Tercatat sejak awal agustus, sudah 1.677 kali bencana terjadi di indonesia pada 2021 ini. Belum lagi yang terjadi di negara luar. Seperti china, dibulan yang seharusnya menjadi musim panas tersebut justru terjadi hujan yang sangat lebat sehingga menyebabkan banjir dan rusaknya bendungan yang cukup parah. Lalu gelombang panas yang berakibat pada kebakaran hutan di belahan turki dan yunani.
Bahkan belum lama ini, tepatnya pada 14 agustus lalu. Dunia kembali dikejutkan dengan adanya hujan yang terjadi di Greenland. Kalau hujan di daerah tropis seperti indonesia mungkin sudah biasa dan memang hal yang wajar. Tetapi jika hal tersebut terjadi di puncak es yang mana biasanya turun salju, apakah kita masih mewajarinya? untuk pertama kalinya hujan terjadi selama beberapa jam dipuncak greenland. Hal tersebut tentu menimbulkan kecemasan bagi masyarakat dan para ahli. Pasalnya jika kita ibaratkan es batu yang disiram oleh air, maka akan menghasilkan perubahan es yang meleleh. Ada apa dengan Bumi kita? Apa yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim ini?
Tentu hal tersebut tidak terlepas dari aktivitas manusia terutama dari pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Termasuk rangkaian peristiwa gelombang panas dan banjir bandang.
Di indonesia sendiri sering terjadi pembakaran hutan, Peluasan tambang secara ilegal, perusahaan yang tidak mengolah limbah pabrik nya dengan baik, gas efek rumah kaca, dan sebagainya. Hal tersebut menjadi factor pemicu terjadinya bercana yang datang.
Seperti kebakaran hutan. Hutan adalah hamparan luas berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan tinggi dalam persekutuan alam lingkungannya, dimana satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan berperan sebagai daerah resapan air sehingga mampu mencegah banjir dan longsor. Lantas jika hutan dibakar dan digerus, apa yang akan terjadi?
Adapun Gas efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat mengakibatkan menipisnya lapisan ozon yang melindungi bumi dari sinar ultraviolet. Hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya suhu bumi dan terjadinya Gelombang Panas, sehingga dapat memicu cairnya Es di Kutub.
Apa yang bisa kita lakukan untuk mengobati bumi yang sedang sakit? Kita bisa melakukannya dengan mencegah pemakaian plastik, reboisasi, melakukan sustainability research, mengubah tata kelola yang lebih baik, dan sebagainya.
Ayo kita benahi bumi. Dimulai dari rumah kita, lingkungan , dan negara kita. Karena seperti yang kita semua tahu, Indonesia dijuluki sebagai paru-paru dunia dikarenakan kekayaan alam yang luar biasa. Bayangkan saja, Indonesia memiliki sekitar 8000 spesies tumbuhan dan 2.215 spesies hewan, hutan tropis, hutan mangrove, dan lain-lain. Sehingga sebagian oksigen yang dihasilkan dunia berasal dari dari hutan di Indonesia. [Nadiya syafiqoh/SEBI]



