7 Kesalahan yang Harus Dihindari dalam Bisnis E-Commerce

Berbisnis di dunia maya (e-commerce) berbeda secara signifikan dari
menjalankan perusahaan konvensional. Selain memerlukan ketekunan dan
kreativitas yang berkelanjutan, perlu ada strategi yang tepat untuk
mempertahankan dan meningkatkan keunggulan kompetitif. Data menunjukkan
bahwa hanya sekitar 20% dari perusahaan berbasis internet yang dapat bertahan
dalam jangka panjang. Amir Hartman dalam bukunya “Net Ready”
mengidentifikasi tujuh kesalahan mendasar yang menyebabkan banyak bisnis
e-commerce gagal. Berikut adalah rangkuman dari kesalahan-kesalahan tersebut:
1. Sindrom “Field of Dreams”. Kesalahan ini terjadi ketika pendiri
e-commerce percaya bahwa pelanggan akan datang dengan sendirinya
setelah model bisnis diperkenalkan, tanpa melakukan studi kelayakan atau
uji pasar terlebih dahulu. Keyakinan berlebihan ini sering mengabaikan
realitas pasar, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan jika target
pelanggan tidak terpenuhi.
2. Arsitektur yang Tidak Memadai. Banyak bisnis e-commerce yang gagal
karena infrastruktur teknologi yang kurang memadai. Contohnya,
pemutaran film melalui internet memerlukan bandwidth yang cukup besar,
dan situs yang menawarkan unduhan gratis mungkin tidak mendapatkan
cukup pelanggan karena masalah kecepatan internet atau biaya yang tinggi
di negara berkembang.
3. Putting Lipstick on a Bulldog. Terlalu fokus pada penampilan situs web
(sistem front office) dan mengabaikan sistem back office (seperti
administrasi dan manajemen) dapat menjadi bumerang. Misalnya, situs
lelang online yang tidak didukung oleh sistem administratif yang baik
akan kehilangan pelanggan karena layanan yang tidak memadai.
4. Islands of Webification. Pengembangan situs yang tidak terencana dengan
baik dapat menyebabkan masalah di kemudian hari, seperti penurunan
keamanan, kinerja yang lambat, dan kesulitan dalam memperbarui modul.
Ketika elemen-elemen situs berkembang secara terpisah tanpa koordinasi,
situs tersebut menjadi tidak terkelola dengan baik dan rentan terhadap
serangan.
5. Strategi “Me Too”. Banyak perusahaan terjun ke e-commerce hanya
karena mengikuti tren, tanpa memahami dasar-dasar bisnis tersebut.
Strategi ini dapat mengakibatkan pemborosan sumber daya dan kesulitan
dalam mempertahankan keunggulan kompetitif.
6. Mentalitas “One-Time-Effort”. Beberapa perusahaan, terutama yang
merupakan bagian dari perusahaan besar, menganggap enteng
pemeliharaan dan pengembangan situs setelah peluncuran awal. Sikap ini
menyebabkan perusahaan hanya bertahan dalam waktu singkat, karena
dalam dunia maya, inovasi dan pemeliharaan yang terus-menerus sangat
penting.
7. Berpikir Terlalu Kecil. Bisnis e-commerce beroperasi dalam skala global,
sehingga pola pikir yang sempit harus dihindari. Perusahaan harus berpikir
dan bertindak secara global, dengan visi yang mampu menjawab tuntutan
pasar yang terus berkembang. Filosofi bahwa perusahaan harus bertahan
selamanya perlu diterapkan, meskipun perusahaan tersebut kecil dalam
ukuran aset.
Dengan memahami dan menghindari kesalahan-kesalahan ini, perusahaan
e-commerce dapat meningkatkan peluang untuk sukses dan bertahan dalam
persaingan yang ketat.

Oleh: Mia Rahmi Nurul Aulia (Mahasiswa STEI SEBI)

Pos terkait