Kompleksitas Bisnis Modern dan Etika Bisnis dalam Perspektif Islam

DEPOKPOS – Bisnis modern adalah sebuah kenyataan yang sangat kompleks, dengan banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan jalannya kegiatan bisnis. Faktor-faktor tersebut meliputi aspek manajerial, teknologi, serta sosial, politik, dan budaya.

Kompleksitas ini menunjukkan bagaimana bisnis terhubung erat dengan dinamika masyarakat modern. Sebagai bagian dari kegiatan sosial, bisnis tidak bisa dipisahkan dari masyarakat yang terus berkembang. Berbagai faktor   yang membentuk kompleksitas bisnis modern sering kali dianalisis melalui pendekatan ilmiah, khususnya dalam ilmu ekonomi dan teori manajemen.

Etika bisnis pertama kali muncul di Amerika pada tahun 1970-an, kemudian menyebar ke Eropa pada tahun 1980-an, dan menjadi fenomena global pada tahun 1990-an. Sebelumnya, masalah moral dalam bisnis hanya dibahas oleh teolog dan agamawan, namun belakangan ini banyak filsuf yang juga memikirkan masalah etika dalam bisnis.

Etika bisnis menjadi respons terhadap krisis moral di dunia bisnis Amerika pada masa itu. Meskipun Amerika adalah negara pertama yang mengembangkan konsep etika bisnis, ironisnya, negara ini juga yang paling keras menolak kesepakatan Bali dalam pertemuan negara-negara dunia pada tahun 2007, ketika mayoritas negara peserta menyoroti etika industri negara maju yang menjadi penyebab utama pemanasan global.

Dalam Islam, sejarah mencatat pandangan yang positif terhadap perdagangan dan kegiatan ekonomi. Nabi Muhammad SAW sendiri adalah seorang pedagang, dan Islam menyebar melalui para pedagang Muslim. Dalam Al-Qur’an, ada peringatan untuk tidak menyalahgunakan kekayaan, namun tidak ada larangan untuk mencari
kekayaan dengan cara yang halal, sebagaimana firman Allah SWT: “Allah telah menghalalkan perdagangan dan melarang riba” (QS. Al-Baqarah: 275). Islam menempatkan perdagangan dalam posisi yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk mencari rezeki dan penghidupan.

Pandangan Islam terhadap perdagangan juga tercermin dalam sabda Rasulullah SAW: “Perhatikan olehmu sekalian perdagangan, sesungguhnya di dunia perdagangan itu ada sembilan dari sepuluh pintu rezeki.” Ini menunjukkan betapa pentingnya perdagangan dalam Islam, bukan hanya sebagai sumber rezeki tetapi juga sebagai sarana untuk memperbaiki akhlak dan membangun etika bisnis yang baik.

Kunci etika dan moral dalam bisnis sebenarnya terletak pada pelakunya. Hal ini sesuai dengan misi Rasulullah SAW yang diutus untuk memperbaiki akhlak manusia yang telah rusak. Seorang pengusaha Muslim harus memegang teguh etika dan moral dalam bisnis Islami, termasuk Husnul Khuluq (akhlak yang baik).

Dengan akhlak yang baik, seorang pengusaha akan dilapangkan hatinya dan dibukakan pintu rezeki oleh Allah SWT. Akhlak yang baik adalah fondasi yang akan melahirkan praktik bisnis yang etis dan moral.

Kejujuran adalah salah satu akhlak yang baik dalam bisnis Islam. Seorang pengusaha Muslim harus selalu terbuka dan transparan dalam setiap transaksi jual beli. Rasulullah SAW bersabda, “Tetapkanlah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan mengantarkan kepada surga.” Selain kejujuran, amanah juga merupakan akhlak yang sangat penting dalam bisnis. Islam mengajarkan bahwa seorang pebisnis Muslim harus dapat dipercaya dan tidak mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Toleransi juga merupakan kunci sukses bagi pebisnis Muslim. Sifat toleran membuka pintu rezeki dan memberikan ketenangan dalam hidup. Dengan bersikap toleran, seorang pengusaha dapat memperluas jaringan sosial, memudahkan urusan jual beli, dan mempercepat pengembalian modal. Rasulullah SAW bersabda, “Allah mengasihi orang yang lapang dada dalam menjual, dalam membeli serta melunasi hutang.”

Selain itu, komitmen terhadap perjanjian juga menjadi kunci sukses dalam bisnis. Islam mengajarkan umatnya untuk memenuhi setiap akad yang telah disepakati. “Hai orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu” (QS. Al-Maidah: 1). Menepati janji adalah salah satu tanda keimanan, dan mengingkarinya adalah ciri kemunafikan. Rasulullah SAW bersabda, “Tanda-tanda munafik itu ada tiga: ketika berbicara ia dusta, jika berjanji ia mengingkari, ketika dipercaya ia khianat.”

Dengan demikian, etika dan moral dalam bisnis Islam sangat menekankan pentingnya kejujuran, amanah, toleransi, dan komitmen terhadap janji. Semua ini adalah fondasi bagi praktik bisnis yang etis dan moral, yang bermanfaat bagi pelaku bisnis dan masyarakat luas. Bisnis yang dijalankan dengan memegang  teguh etika dan moral Islami akan membawa berkah dan kesuksesan, baik di dunia maupun di akhirat.

Oleh: Mia Rahmi Nurul Aulia (Mahasiswa STEI SEBI)

Pos terkait