Apa Perbedaan Ekonomi Kapitalis dengan Ekonomi Islam?

DEPOKPOS – Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat, sistem ekonomi memainkan peran krusial dalam membentuk struktur sosial dan kesejahteraan masyarakat. Dua paradigma ekonomi yang sering menjadi perdebatan adalah ekonomi kapitalis dan ekonomi Islam. Meskipun keduanya bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran, mereka mendasarkan prinsip-prinsip dan praktiknya pada pandangan hidup yang sangat berbeda.

Pada pembahasan kali ini kami akan menguraikan perbedaan mendasar antara ekonomi kapitalis dan ekonomi Islam dari berbagai perspektif, mulai dari pandangan hidup yang mendasarinya hingga penerapan nilai-nilai moral dalam praktik ekonomi sehari-hari. Dengan membandingkan kedua sistem ini, kita dapat memahami bagaimana masing-masing sistem menangani masalah ekonomi, kepemilikan sumber daya, dan peran pemerintah dalam menciptakan kesejahteraan.

Kami berharap pembahasan kali ini tidak hanya memberikan wawasan tentang perbedaan antara kedua sistem ekonomi tersebut, tetapi juga membuka ruang diskusi mengenai bagaimana prinsip-prinsip dasar ini dapat mempengaruhi kebijakan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Melalui pemahaman yang mendalam tentang perbedaan ini, diharapkan kita dapat lebih bijaksana dalam memilih dan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi yang paling sesuai dengan konteks dan kebutuhan masyarakat saat ini. Setidaknya ada 5 poin pembahasan yang menjadi perbedaan dari ekonomi kapitalis dengan ekonomi islam yang akan disampaikan.

1. Perbedaan pandangan hidup (worldview)

perbedaan mendasar antara sistem ekonomi kapitalis dan ekonomi Islam terletak pada pandangan hidup (worldview) masing-masing. Sistem kapitalis didasari oleh pandangan sekuler yang memisahkan agama dari ekonomi dan menekankan materi sebagai sumber kebahagiaan dunia. Dalam pandangan ini, dunia dianggap sebagai tujuan akhir dan fokusnya adalah pada pencapaian kesenangan material. Sebaliknya, sistem ekonomi Islam didasari oleh keyakinan bahwa dunia bukanlah tujuan akhir, melainkan kehidupan akhirat yang abadi. Ekonomi Islam mengintegrasikan prinsip-prinsip agama dalam aktivitas ekonomi, dengan tujuan tidak hanya mencari keuntungan duniawi tetapi juga keuntungan akhirat. Perbedaan worldview ini memengaruhi bagaimana ilmu ekonomi dikembangkan dan diterapkan dalam kedua sistem tersebut.

2. Perbedaan pertimbangan nilai atau moral

Sistem ekonomi kapitalis mengabaikan norma-norma agama dan moral dalam aktivitas ekonomi, lebih menekankan pada prinsip utilitarianisme, yaitu mengejar kesenangan dan menghindari kepedihan tanpa mempertimbangkan apakah tindakan tersebut benar atau salah menurut nilai-nilai agama. Kapitalisme tidak membatasi kebebasan individu berdasarkan norma agama dan lebih berfokus pada keuntungan material, sehingga praktik seperti riba, perjudian, dan spekulasi sering terjadi.

Sebaliknya, ekonomi Islam mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kegiatan ekonomi, dengan membatasi kebebasan untuk mencari keuntungan dengan mempertimbangkan moral dan etika Islam. Ekonomi Islam melarang riba (bunga) dan mengedepankan sistem berbasis bagi hasil, jual beli, dan sewa menyewa sebagai alternatif. Selain itu, ekonomi Islam juga mendorong industri halal yang sesuai dengan hukum dan etika Islam. Perbedaan ini mencerminkan bagaimana sistem kapitalis dan ekonomi Islam mendekati masalah nilai dan moral dalam perekonomian mereka.

3. Perbedaan dalam menghadapi Permasalahan Ekonomi.

Perbedaan mendasar antara ekonomi kapitalis dan ekonomi Islam terletak pada penanganan permasalahan ekonomi. Dalam sistem kapitalis, masalah utama adalah keterbatasan sumber daya untuk memenuhi keinginan manusia yang tidak terbatas, yang mendorong individu untuk membuat pilihan berdasarkan efisiensi materi dan harga. Di sisi lain, ekonomi Islam membatasi keinginan manusia pada pemenuhan kebutuhan yang wajar, dengan prinsip moral menghindari pemborosan dan menjaga kepedulian terhadap kebutuhan orang lain melalui zakat dan sedekah. Selain itu, pemenuhan kebutuhan dalam ekonomi Islam harus sesuai dengan barang dan jasa yang halal dan tayib.

4. Perbedaan Kepemilikan Sumber Daya

Perbedaan utama dalam kepemilikan sumber daya antara kapitalisme dan ekonomi Islam terletak pada konsep kepemilikan dan pengelolaannya. Kapitalisme menekankan kepemilikan individu yang bebas dan berfokus pada akumulasi kekayaan pribadi, sering kali tanpa mempertimbangkan dampak sosial. Sebaliknya, ekonomi Islam menganggap Allah sebagai pemilik sejati dari segala harta, dengan manusia hanya sebagai pemegang amanah. Dalam Islam, kepemilikan individu tidak mutlak, dan ada hak-hak orang lain yang harus dipenuhi melalui zakat, sedekah, dan wakaf. Beberapa sumber daya, seperti air dan padang rumput, dianggap sebagai milik kolektif. Prinsip ini juga sejalan dengan ketentuan dalam UUD 45 Indonesia, yang mengatur penguasaan dan penggunaan sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat.

5. Perbedaan dalam hal intervensi pemerintah

Perbedaan utama antara ekonomi kapitalis dan ekonomi Islam dalam hal intervensi pemerintah terletak pada pendekatan dan tujuan intervensi tersebut:

Kapitalisme:

Minim Intervensi: Menganut prinsip laissez-faire, mengutamakan persaingan pasar tanpa banyak campur tangan pemerintah.

Peran Pemerintah: Terbatas pada stabilisasi ekonomi melalui kebijakan fiskal dan moneter, terutama dalam menghadapi siklus bisnis seperti resesi atau inflasi. Contohnya adalah kebijakan Keynesian yang mendorong intervensi pemerintah untuk menstabilkan ekonomi tetapi tetap membiarkan pasar berfungsi secara utama.

Fokus: Menekankan efisiensi pasar dan kepentingan pribadi sebagai pendorong utama kesejahteraan, dengan sedikit perhatian terhadap keadilan sosial atau moralitas.

Ekonomi Islam:

Intervensi Aktif: Menganggap peran pemerintah lebih luas, tidak hanya untuk mengelola stabilitas ekonomi tetapi juga untuk redistribusi pendapatan dan memastikan kesejahteraan sosial.

Instrumen: Menggunakan alat seperti zakat untuk redistribusi kekayaan dan mengatur keseimbangan sosial. Pemerintah diharapkan menjaga harmoni antara kepentingan individu dan sosial serta memastikan keadilan dan kesejahteraan umum.

Fokus: Menekankan kepatuhan terhadap syariah, moralitas, dan keadilan sosial dalam kebijakan ekonomi, dengan perhatian pada dampak sosial dan moral dari kebijakan ekonomi.

Secara keseluruhan, ekonomi kapitalis lebih mengandalkan pasar sebagai mekanisme utama untuk mencapai efisiensi dan kesejahteraan, sementara ekonomi Islam melihat peran pemerintah sebagai kunci untuk memastikan keadilan, moralitas, dan kesejahteraan sosial yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Shafira Luthfiyana, Mahasiswi STEI SEBI

Pos terkait