Apakah SDM di Indonesia Siap Menghadapi Masa Depan?

DEPOKPOS – Dunia saat ini sedang mengalami perubahan yang sangat pesat akibat disrupsi teknologi. Perkembangan teknologi digital seperti kecerdasan buatan (AI), robotika, dan internet of things (IoT) telah mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi. Hal ini membawa banyak peluang baru, tetapi juga menghadirkan berbagai tantangan, terutama bagi bidang Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM).

Di era disrupsi ini, organisasi dihadapkan pada berbagai tantangan baru dalam mengelola SDM, seperti kebutuhan akan talenta baru, pentingnya upskilling dan reskilling, Meningkatnya persaingan untuk mendapatkan talenta, dan perubahan budaya kerja. Pertanyaannya, apakah organisasi dan SDM di Indonesia siap untuk menghadapi tantangan disrupsi ini?

Bacaan Lainnya

Pada tahun 2019, McKinsey Global Institute melaporkan bahwa ada skitar 800 juta pekerjaan yang akan hilang akibat otomatisasi pada tahun 2030. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan, robotika, dan internet of things (IoT) yang mampu mengotomatisasi banyak tugas yang sebelumnya dilakukan oleh manusia. Dalam laporan yang sama, dikatakan bahwa meskipun banyak pekerjaan akan hilang, otomatisasi juga akan menciptakan 974 juta pekerjaan baru. Pekerjaan baru ini akan membutuhkan skillset yang berbeda dari pekerjaan tradisional. Dalam laporan lain, World Economic Forum mengatakan bahwa 10 skillset teratas yang dibutuhkan di masa depan termasuk kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan komunikasi.

Deloitte melalui surveinya di tahun 2022 menunjukan bahwa 74% responden di Indonesia mengatakan bahwa mereka perlu meningkatkan skillset mereka untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa banyak orang di Indonesia menyadari perlunya beradaptasi dengan skillset baru untuk menghadapi masa depan.

Disrupsi teknologi menuntut organisasi untuk memiliki talenta baru dengan skillset yang berbeda dari sebelumnya. Contohnya, organisasi membutuhkan talenta di bidang AI, robotika, dan data analytics. Karyawan juga perlu terus belajar dan mengembangkan skillset mereka agar dapat beradaptasi dengan perubahan teknologi. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan, workshop, dan program pengembangan lainnya. Organisasi harus bersaing dengan organisasi lain untuk mendapatkan talenta terbaik. Hal ini dapat dilakukan dengan menawarkan gaji dan benefit yang kompetitif, serta menciptakan budaya kerja yang positif dan menarik. Selain itu, Disrupsi teknologi juga membawa perubahan pada budaya kerja, seperti bekerja dari jarak jauh dan kolaborasi lintas tim. Organisasi perlu beradaptasi dengan perubahan ini dan membangun budaya kerja yang fleksibel dan kolaboratif.

Tentunya banyak strategi yang bisa dikembangkan untuk menghadapi berbagai tantangan atau disrupsi ini. Diantaranya seperti :

  • Mengembangkan program upskilling dan reskilling: Program ini dapat membantu karyawan untuk mempelajari skillset baru yang dibutuhkan di era disrupsi.
  • Membangun budaya belajar: Organisasi perlu membangun budaya belajar yang mendorong karyawan untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
  • Meningkatkan penggunaan teknologi: Teknologi dapat membantu organisasi untuk mengotomatisasi tugas-tugas manual dan meningkatkan efisiensi.
  • Membangun budaya kerja yang fleksibel: Budaya kerja yang fleksibel dapat membantu karyawan untuk menyeimbangkan kehidupan pribadi dan profesional mereka.
  • Meningkatkan kolaborasi lintas tim: Kolaborasi lintas tim dapat membantu organisasi untuk menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan yang lebih besar.

Dunia saat ini memang penuh dengan perubahan dan disrupsi, terutama di bidang teknologi. Hal ini membawa banyak tantangan bagi organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dalam mengelola SDM.

Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat pula peluang baru yang dapat dimanfaatkan dengan strategi yang tepat. Otomatisasi memang akan menggantikan beberapa pekerjaan, namun di sisi lain, akan menciptakan pekerjaan baru dengan skillset yang berbeda. Masa depan memang penuh dengan ketidakpastian, namun dengan persiapan yang matang dan strategi yang tepat, kita dapat yakin bahwa MSDM di Indonesia siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

Disrupsi teknologi merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, penting bagi organisasi dan SDM di Indonesia untuk proaktif dalam menghadapinya. Dengan strategi dan program yang tepat, MSDM dapat menjadi kunci untuk membawa organisasi dan SDM di Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah dan penuh dengan peluang.

Hesti Yulianti

Pos terkait