Fungsi dan Prinsip Komunikasi dalam Islam

Definisi Komunikasi dalam Islam

Komunikasi dalam Islam adalah proses penyampaian nilai-nilai Islam dari komunikator kepada komunikator dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadist.

Komunikasi Islam berfokus pada teori-teori komunikasi yang dikembangkan oleh para pemikir Muslim dan memiliki tujuan akhir untuk menjadikan komunikasi Islam sebagai komunikasi alternatif yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang sesuai dengan fitrah penciptaan manusia.

Komunikasi Islam adalah komunikasi yang berupaya untuk membangun hubungan dengan diri sendiri, dengan sang pencipta, serta dengan sesama untuk menghadirkan kedamaian, keramahan, dan keselamatan buat diri sendiri dan lingkungan dengan cara tunduk dengan perintah Allah dan Rasulnya.

Konsep Dasar Komunikasi dalam Islam

1. Komunikasi sudah diciptakan oleh Allah sejak manusia pertama diciptakan.
2. Komunikasi kebutuhan dasar hidup manusia.
3. Komunikasi adalah wujud kasih sayang Allah terhadap manusia.
4. Komunikasi bertujuan untuk saling mengenal antar manusia untuk mewujudkan semangat takwa.
5. Komunikasi untuk menebar silm (kedamaian dan kenyamanan).
6. Komunikasi memiliki efek dunia dan akhirat.

Fungsi Komunikasi dalam Islam

• Fungsi untuk menyampaikan informasi
• Fungsi untuk mengingatkan
• Fungsi untuk sosialisasi
• Fungsi untuk bimbingan
• Fungsi untuk kepuasan spiritual
• Fungsi untuk hiburan

Prinsip Komunikasi dalam Islam

1. Qaulan Sadida (Perkataan yang Benar)

Merupakan pembicaraan, ucapan atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa). Dari segi substansi, komunikasi Islam harus menyampaikan kebenaran, faktual, benar/tidak bohong, jujur, juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta.

Surat An-Nisa ayat 9, artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadidan – perkataan yang benar”.

2. Qaulan Baligha (Perkataan yang Jelas)

Kata Baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya.

Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah, dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele.

Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.

Dalam Al-Qur’an juga banyak yang menjelaskan tentang qaulan baligha, salah satunya dalam Surat An-Nisa ayat 63 yang artinya : “Mereka itu orang-orang yang Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.”

3. Qaulan Ma’rufa (Perkataan yang Bermanfaat/baik)

Kata Qaulan Ma’rufa disebutkan Allah dalam beberapa surat dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat 5 dan 8, surat Al-Baqarah ayat 235 dan 263, serta surat Al-Ahzab ayat 32.

Qaulan Ma’rufa dapat diartikan sebagai perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, tidak menggunakan sindiran (tidak kasar) dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan.

Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).

Surat An-Nisa ayat 8 disebutkan, “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik”.

Selanjutnya, surat Al-Baqarah ayat 263 juga menyebutkan, “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun”.

Al-Ahzab ayat 32 juga di jelaskan, “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik”

4. Qaulan Karima (Perkataan yang Mulia/Santun)

Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut dan bertatakrama.

Dalam surat Al-Isra’ ayat 23 Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia ”.

5. Qaulan Layyina (Perkataan yang Lembut)

Qaulan Layyina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati. Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud Layyina ialah kata-kata sindiran, bukan dengan kata-kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.

Dalam surat Thaha ayat 44 yang artinya : “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah-lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.

Dengan qaulan layyina, hati komunikan (orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi. Dengan demikian, dalam komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi.

6. Qaulan Maysura (Perkataan yang Mudah Dipahami)

Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan.

Komunikasi dilakukan oleh pihak yang memberitahukan (komunikator) kepada pihak penerima (komunikan). Komunikasi efektif terjadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah paham.

Alsyifa Arditria Putri
Mahasiswa STEI SEBI

Pos terkait