Ilmu Sosial dan Humaniora, Mengapa Keduanya Penting?

DEPOKPOS – Di era digital yang penuh gejolak ini, di mana teknologi berkembang pesat dan globalisasi merajalela, muncul pertanyaan fundamental: Apa peran ilmu sosial dan humaniora di tengah lautan perubahan ini? Jawabannya sederhana namun tegas: Peran yang krusial dan tak tergantikan.

Era digital telah membawa perubahan besar-besaran dalam kehidupan manusia. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, interaksi sosial dan komunikasi telah melampaui batas-batas geografis dan bergerak dengan kecepatan cahaya. Era digital telah membawa angin segar dalam dunia komunikasi, menciptakan gelombang perubahan sosial yang kadang-kadang menggembirakan dan sekaligus menuntut pemahaman yang lebih mendalam.

Bacaan Lainnya

Dalam era digital ini, ilmu sosial dan humaniora memiliki peran yang sangat penting dalam menghadapi perubahan sosial dan teknologi yang semakin cepat. Mereka membantu masyarakat memahami dan mengoptimalkan penggunaan teknologi serta mempertahankan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat. Dengan demikian, ilmu sosial dan humaniora semakin penting dalam mengarungi era digital yang penuh tantangan dan perubahan sosial yang berkelanjutan.

Seringkali, ilmu sosial dan humaniora disalah pahami sebagai disiplin ilmu yang ketinggalan zaman. Kenyataannya, di era digital yang kompleks ini, ilmu-ilmu ini justru semakin penting. Mengapa?

Pertama, ilmu sosial dan humaniora membantu kita memahami dampak sosial dari perubahan teknologi. Kajian sosiologi dan antropologi, misalnya, dapat menganalisis bagaimana teknologi memengaruhi pola interaksi sosial, struktur masyarakat, dan bahkan nilai-nilai budaya. Pemahaman ini sangat penting untuk merancang solusi teknologi yang ramah manusia dan meminimalisir dampak negatifnya.

Kedua, ilmu sosial dan humaniora memperkaya soft skill yang dibutuhkan zaman modern. Kreativitas, kemampuan berkomunikasi, kerjasama tim, dan empati yang dikembangkan melalui studi humaniora sangat relevan dalam menghadapi tantangan pekerjaan era digital. Di mana mesin dan algoritma mendominasi, justru kemampuan manusiawi ini lah yang menjadi pembeda dan kunci kesuksesan.

Ketiga, ilmu sosial dan humaniora membangun kesadaran akan keanekaragaman budaya. Sejarah, filsafat, dan sastra membantu kita untuk mengapresiasi keragaman suku, agama, dan nilai yang ada di dunia. Pemahaman ini penting untuk mencegah fragmentasi sosial dan membangun toleransi di tengah globalisasi yang kian erat.

Keempat, ilmu sosial dan humaniora membentuk critical thinking untuk memilah informasi. Di era informasi yang serba banjir, kemampuan menganalisis argumen dan memilah informasi yang kredibel menjadi hal yang esensial. Kemampuan ini, yang diasah melalui studi humaniora, membantu kita untuk terhindar dari misinformasi dan propaganda di internet.

Kelima, ilmu sosial dan humaniora memberi wawasan baru tentang arti kemanusiaan. Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, studi humaniora terus menghasilkan pemikiran untuk membangun masyarakat yang lebih adil, damai, dan sejahtera. Pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang etika, moralitas, dan makna hidup manusia di era digital menjadi fokus utama kajian humaniora.

Kesimpulannya, ilmu sosial dan humaniora bukan sekadar ilmu pengetahuan “kuno” yang tertinggal di masa lampau. Justru, di era digital yang penuh tantangan ini, ilmu-ilmu ini menjadi kompas yang menuntun kita untuk memahami perubahan, merancang solusi, dan membangun masa depan yang lebih baik bagi seluruh umat manusia. Meningkatkan kualitas dan pengaplikasian ilmu sosial dan humaniora dalam pendidikan adalah kunci untuk melahirkan generasi penerus yang siap menjawab tantangan era digital.

Mari kita dukung upaya ini untuk masa depan yang lebih cerah. Ilmu sosial dan humaniora sangat penting dalam era digital. Mereka harus berinovasi untuk menghadapi tantangan yang timbul dan membentuk karakter dan sikap empati lingkungan. Dengan mengembangkan kemampuan kritis, meningkatkan kesadaran privasi, dan membentuk karakter dan sikap empati lingkungan, ilmu sosial dan humaniora dapat berkontribusi membentuk masyarakat yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Alfina Rohmawati
Universitas Pamulang

Pos terkait