Lebih Dari 9.000 Mahasiswa Baru UI, Ikuti Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Periode Perkuliahan

DEPOK – Universitas Indonesia (UI) melalui Klinik Satelit Makara menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi mahasiswa baru (maba) program D3/D4 dan S1 tahun akademik 2024/2025, pada 22 Juli hingga 2 Agustus 2024 di Klinik Satelit, Kampus Depok, Jawa Barat. Pemeriksaan kesehatan bagi maba tersebut rutin dilakukan setiap tahun sebelum mereka memasuki periode perkuliahan. Tahun ini, lebih dari 9.000 maba mengikuti pemeriksaan kesehatan dengan kuota 1.000 pasien per hari tanpa dipungut biaya.

Kepala Klinik Satelit UI, Dr. dr. Dhanasari Vidiawati Sanyoto, M.Sc.CM-FM., Sp.KKLP, SubSp COPC, menyebut pemeriksaan kesehatan merupakan langkah penting dalam memastikan kebutuhan mahasiswa baru terkait kesehatannya dalam rangka melaksanakan perkuliahan. “Pemeriksaan kesehatan bertujuan untuk mendeteksi risiko penyakit agar mahasiswa dapat dipenuhi kebutuhannya dalam menempuh masa studi, secara aman dan sehat. Contohnya, mahasiswa baru yang terdeteksi terkena TB paru, maka akan diproses untuk memperoleh pengobatannya selama 7 bulan. Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa juga diharapkan terhindar dari penyakit kronis, seperti stroke, darah tinggi, dan diabetes, sehingga sejak muda faktor risikonya perlu ditata laksana dengan baik,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan meliputi serangkaian tes, termasuk pemeriksaan fisik umum, tes kesehatan mental, tes darah, tes gizi, pemeriksaan pendengaran, pemeriksaan mata, dan tes kebugaran. Pemeriksaan tersebut menggunakan peralatan medis yang canggih dan standar untuk memastikan akurasi dan kenyamanan pasien. Bagi mahasiswa yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, Klinik Satelit akan memberikan kartu Pembatasan Aktivitas Fisik (PAF) selama pelaksanaan kegiatan Orientasi Kehidupan Kampus (OKK).
Koordinator Pelayanan, Pendidikan, dan Penelitian Klinik Satelit UI, dr. Trevino Aristarkus Pakasi, FS, MS, Sp.KKLP, Ph.D, menjelaskan bahwa untuk mengikuti serangkaian pemeriksaan, setiap mahasiswa harus mengunduh dua aplikasi pendukung, yakni DoctorTool dan Hear WHO. Aplikasi DoctorTool digunakan untuk mengisi kuisioner kesehatan dan reservasi jadwal, sedangkan aplikasi Hear WHO dibutuhkan untuk skrining kesehatan pendengaran.

Dalam tahapan pemeriksaan, mahasiswa mengisi riwayat kesehatan pribadi, keluarga, dan mental, serta kebutuhan khusus pada formulir kesehatan. Mereka kemudian menjalani pemeriksaan fisik dan antropometri yang meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, pernapasan) serta pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang dan pinggul. Hasil pemeriksaan yang terekam dalam data medis elektronik akan menjadi acuan dokter untuk merekomendasikan pemeriksaan lanjutan, seperti lab darah, rontgen, hematologi, konsultasi psikolog, atau pemeriksaan kesehatan lain sesuai kebutuhan.

“Kami berkomitmen menjaga kesehatan mahasiswa baru agar mereka mencapai prestasi optimal. Jika ditemukan masalah kesehatan, pasti akan ditindaklanjuti dan dipertimbangkan apakah perlu dirujuk ke rumah sakit atau tidak. Namun, ada beberapa masalah kesehatan yang dapat langsung diskrining, seperti kesehatan mental, paru-paru, dan masalah laboratorium. Kesehatan mental merupakan aspek penting dalam menjaga kesehatan fisik karena gangguan kesehatan mental dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, dan lainnya,” kata dr. Trevino.

Febi, mahasiswa Program Studi Sastra Rusia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, yang telah mengikuti pemeriksaan kesehatan, mengakui pentingnya program tersebut bagi mahasiswa baru. Menurutnya, pemeriksaaan kesehatan ini penting untuk mengetahui kondisi kesehatan mahasiswa agar UI dapat menyediakan fasilitas kesehatan yang sesuai. Selain itu, sistem yang terstruktur juga memudahkan mahasiswa untuk menentukan jadwal pemeriksaannya sendiri.

“Jadwal pemeriksaan yang dapat ditentukan melalui janji temu sangat membantu mahasiswa baru yang memiliki jadwal kegiatan padat. Dengan begitu, kami hanya perlu datang sesuai jadwal yang ditentukan, sehingga tidak perlu antre hingga mengular. Tenaga kesehatan yang bertugas juga memberikan arahan yang jelas di setiap sesi, ramah, dan melakukan pemeriksaan dengan efektif. Ini tentu memberi kami rasa tenang selama proses pemeriksaan,” ujar Feby.
Selain Klinik Satelit, program pemeriksaan kesehatan ini juga melibatkan beberapa unit lain, yakni Direktorat Operasi dan Pemeliharaan Fasilitas (DOPF), Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi (DSTI), serta Direktorat Kemahasiswaan. Kolaborasi unit-unit ini menunjukkan komitmen UI dalam memastikan kesejahteraan dan kesiapan para mahasiswa dalam menempuh pendidikan. Dengan kesehatan yang terjaga, diharapkan mahasiswa baru dapat menjalani masa studi dengan lancar dan sukses.

Pos terkait