Dekan FTUI Pimpin Sidang Promosi Program Doktor Double Degree Teknik Kimia FTUI – Chemical Engineering IMT Atlantique

Keberhasilan ini membawanya meraih dua gelar doktor dari FTUI dan Institut Mines-Télécom (IMT) Atlantique, Prancis

DEPOKPOS – Hasbi Priadi, peserta Program Doktor Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik (FT), Universitas Indonesia (UI), berhasil mempertahankan disertasinya yang mengkaji eksperimen dan pemodelan fraksinasi hidrotermal menggunakan produk samping kelapa sawit untuk produksi bioetanol, pada sidang terbuka promosi doktor FTUI (26/06). Hasbi lulus dengan IPK 3,96 (predikat sangat memuaskan). Keberhasilan ini membawanya meraih dua gelar doktor dari FTUI dan Institut Mines-Télécom (IMT) Atlantique, Prancis. Ia merupakan Doktor ke-73 yang lulus dari Departemen Teknik Kimia dan Doktor ke-549 di FTUI.

Hasbi merupakan mahasiswa pertama pada program doktor Double Degree antara FTUI dan IMT Atlantique, Prancis, yang memfokuskan riset di bidang Biofuels dan Biomass Valorization. ”Tahun 2018 saya diterima di program Doktor FTUI dan mulai menjalani perkuliahan di FTUI. Pada 2020- 2022 saya melanjutkan riset program doktor saya di Department of Energy System Engineering, IMT Atlantique. Tepatnya di GEPEA (Process Engineering for Environment and Food), grup riset VERTE (energy/material recovery of residues and treatment of emissions) dan lab ini merupakan bagian dari CNRS (French National Center for Scientific Research),” ujar Hasbi.

Bacaan Lainnya

Pada penelitiannya, yang menggunakan Analytical Hierarcy Process (AHP), Hasbi menemukan bahwa ketersediaan biomassa dari produksi kelapa sawit merupakan faktor penentu utama dalam produksi bioetanol. Dari proses ini, tandan kosong kelapa sawit diidentifikasi sebagai bahan baku lignoselulosa yang paling potensial dengan bobot faktor sebesar 39%.

Biomassa lignoselulosa, seperti material kayu dan residu pertanian, merupakan sumber daya terbarukan yang paling melimpah dan cepat diperbarui, dengan produksi lebih dari 200 megaton (Mt) setiap tahun. Indonesia adalah salah satu negara dengan potensi biomassa lignoselulosa yang sangat besar. Salah satu biomassa lignoselulosa potensial berbasis pada pengolahan kelapa sawit. Pada tahun 2021, perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 47 Mt, yang merupakan produksi terbesar di dunia (Kementerian Pertanian, 2022).

Limbah dari pengolahan pabrik kelapa sawit biasanya dicacah untuk kompos dan digunakan kembali sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik dan uap, dikonsumsi secara internal di pabrik kelapa sawit, atau menjadi material bernilai tambah seperti karbon aktif. Jumlah produk samping dari pengolahan kelapa sawit di Indonesia dapat diolah sebagai sumber daya terbarukan, dengan jumlah limbah padat berupa tandan buah kosong/ Empty Fruit Bunch (EFB) sebanyak 10,4 Mt, serat sebanyak 5,15 Mt, dan cangkang kelapa sawit sebanyak 2,9 Mt.

Hasil identifikasi melalui metode AHP ini kemudian disimulasikan untuk produksi bioetanol skala pabrik menggunakan aplikasi Aspen Plus™. Simulasi dilakukan dengan tiga metode konversi termokimia yang berbeda: hidrolisis menggunakan air dengan kondisi superkritis, karbon dioksida superkritis dengan campuran air, serta hidrolisis hidrotermal menggunakan katalis. Selain itu, turut dilakukan analisis lingkungan dengan metode Life Cycle Analysis (LCA) dan analisis ekonomi juga dilakukan untuk menentukan metode terbaik untuk proses produksi bioetanol. Perbandingan antara hidrolisis hidrotermal katalitik dan hidrolisis enzimatik menunjukkan bahwa hidrolisis hidrotermal katalitik memiliki biaya produksi yang lebih rendah namun kinerja lingkungan yang lebih tinggi sebesar 50%.

“Simulasi proses menggunakan Aspen Plus™ menunjukkan bahwa hidrolisis hidrotermal katalitik merupakan metode terbaik dalam produksi bioetanol, menghasilkan 273 liter ethanol per ton dengan rasio energi 2,2 dan jejak karbon minimum 61 g CO₂/MJ dalam ruang lingkup cradle to gate serta biaya produksi minimum etanol sebesar $1,11 per liter. Meskipun Capital Expenditure (CAPEX) hidrolisis hidrotermal katalitik 1% lebih tinggi, biaya variabelnya 23% lebih rendah dibandingkan hidrolisis enzimatik,” ungkap Hasbi. Pada penutup presentasinya, Hasbi menekankan pentingnya optimasi proses lebih lanjut guna meminimalkan pembetukan inhibitor fermentasi.

Dekan FTUI, Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, ST., M.Eng., IPU., menyampaikan, “Hasil penelitian Hasbi Priadi memiliki potensi besar untuk membawa manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia. Dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit yang melimpah sebagai bahan baku produksi bioetanol, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan meningkatkan nilai ekonomi dari limbah pertanian. Selain itu, produksi bioetanol yang lebih efisien dan ramah lingkungan dapat mendukung upaya negara dalam mencapai target energi terbarukan dan keberlanjutan lingkungan. Penelitian ini juga membuka peluang bagi pengembangan teknologi hijau yang dapat menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.”

Sidang Promosi Doktor ini dipimpin oleh Ketua Sidang, Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, ST., M.Eng., IPU.; dengan Promotor, Prof. Dr. Ir. Widodo Wahyu Purwanto, DEA.; Ko-Promotor I, Prof. Yves Andres; dan Ko-Promotor II, Sary Awad, Ph.D. Tim penguji terdiri dari Prof. Ir. Arief Budiman, MS., D.Eng., IPU.; Prof. Khasayar Saleh; Prof. Ir. Kamarza Mulia, M.Sc., Ph.D.; Prof. Dr.-Ing. Ir. Misri Gozan, M.Tech.; dan Audrey Villot, Ph.D.

Pos terkait