Oleh: Nisa Hakim Nur Hikmah
Belakangan ini banyak dijumpai di media sosial, anak-anak dan remaja melakukan cyberbullying dengan membentuk komunitas pada platform yang bernama telegram. Dengan komunitas tersebut, mereka membuat keributan dengan kegiatan SARA.
Tidak hanya itu, beredarnya kasus seorang anak SD yang mengirimkan pesan kepada gurunya dengan sangat tidak sopan. Dari kasus-kasus tersebut muncul kecemasan pada hati netizen, mereka mempertanyakan apakah ini yang dinamakan Generasi Emas?
Generasi saat ini sering kali digambarkan sebagai “Generasi Emas”, yaitu menggambarkan optimisme menuju masa depan yang gemilang, tetapi apakah mereka benar-benar demikian? Melihat perilaku anak-anak dan remaja belakangan ini, ada kecenderungan bahwa kita lebih mendekati “Generasi Cemas”.
Attitude mereka dalam hal sopan santun dan penggunaan media sosial menjadi sorotan utama. Kita sering melihat kurangnya kesopanan dalam interaksi sehari-hari, baik di ruang publik maupun di dunia maya. Anak-anak cenderung lebih bebas dalam menggunakan media sosial tanpa mempertimbangkan dampak yang akan terjadi kedepannya.
Attitude merupakan pendidikan yang paling dasar dalam kehidupan sehari-hari, maka dari itu dalam situasi seperti ini, peran orang tua menjadi sangat penting. Mereka dituntut untuk lebih aktif lagi dalam mendidik anak-anaknya tentang bagaimana bersikap sopan santun dalam berinteraksi dengan orang lain, baik di dunia nyata maupun di media sosial.
Mereka juga harus memberikan pengawasan dan bimbingan dalam menggunakan teknologi, seperti memberikan batasan-batasan dalam penggunaan media sosial. Namun faktanya, orang tua zaman sekarang tidak memperhatikan hal tersebut, banyak orang tua yang di mana lebih memilih kesibukan mereka daripada memperhatikan anak-anaknya.
Mereka membiarkan anak berselancar dengan bebas dalam menggunakan teknologi tersebut dan tanpa adanya pengawasan, dengan demikian anak akan terjerumus kepada hal-hal yang tidak seharusnya terjadi.
Pendidikan karakter juga bisa diperkuat di lingkungan sekolah, hal ini bisa disesuaikan pada nilai-nilai pendidikan kurikulum sekolah.
Namun, hal tersebut harus didukung oleh peran orang tua didalamnya. Oleh sebab itu, pemikiran generasi cemas bisa kita hilangkan dengan cara mewujudkan generasi emas secara bersama-sama yaitu dengan membentuk attitude anak menjadi lebih baik lagi, dengan cara memberikan perhatian yang cukup dan peran yang tepat kepada anak.