Pikiran Positif Menjadikan Iman Produktif

DEPOKPOS – Hidup akan lebih bermakna jika menjalaninya memakai Iman, karena akan mendatangkan pikiran positif sehingga menjadi produktif. Hal ini diungkapkan oleh Pemerhati Remaja, Uswatun Hasanah dalam Kajian, Menjadi Remaja Taat, Ahad (25/08/2024) di Analogue Cafe, Cinere, Depok.

Di hadapan sekitar 20 Muslimah remaja, aktivis dakwah yang akrab disapa Kak Uswa itu mengatakan, produktif bukan semata-mata menghasilkan uang, tetapi menghasilkan karya yang bermanfaat untuk orang banyak.

“Produktif itu bukan semata-mata menghasilkan uang, tetapi bisa juga menghasilkan karya yang bermanfaat untuk orang banyak,” ungkapnya.

Sebagai Muslim, lanjut Kak Uswa, pentingnya menyadari atau memahami 3 simpul pertanyaan besar (Uqdah al-Kubra) yakni, darimana manusia berasal, untuk apa manusia hidup, dan mau ke mana setelah kematian. Sebabnya, segala sesuatu perbuatan akan dipertanggung jawabkan di akhirat nanti.

Kak Uswa menegaskan, Iman kepada Allah korelasinya adalah taat, patuh dan tunduk kepada aturan Allah.  “Iman kepada Allah korelasinya adalah taat, patuh, dan tunduk kepada aturan Allah. Perintahnya lakukan, larangannya tinggalkan,” tegasnya.

Lebih dalam Kak Uswa menyampaikan, bahwa dalam Islam, manusia diperintahkan untuk selalu berpikir.  “Dalam Islam itu, kita disuruh untuk berpikir karena kita memiliki akal, kita spesial,” bebernya.

Tak hanya itu, menurutnya, sebagai remaja seharusnya dapat meluangkan waktu untuk mengkaji Islam.  “Nah, untuk remaja minimal meluangkan waktu 2 jam dalam seminggu untuk mengkaji Islam, agar kepala kita tidak tumpul,” kata Kak Uswa.

Menurut Kak Uswa, akidah Islam sangat berkaitan dengan kehidupan manusia. Bukan hanya tentang ibadah mahdah saja, namun juga dalam berpolitik.  Dalam Islam ada aturan berpolitik, namun definisinya berbeda.

“Definisi berpolitik dalam kacamata Islam adalah mengurus urusan umat, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw,” terangnya.

Menurut Kak Uswa, berbeda sekali dengan kondisi umat saat ini yang mana akan dipandang jika memiliki uang banyak.  Padahal dalam Islam, standar kebahagiaan seorang Muslim adalah mendapatkan ridho Allah, dan standar perbuatan orang beriman adalah hukum syara.

“Standar kebahagiaan seorang Muslim adalah mendapatkan ridha Allah, dan standar perbuatan orang beriman adalah hukum syara,” pungkasnya. [Mustikawati]

Pos terkait