Sampah Logistik Membludak, Closed Loop Supply Chain Solusinya?

DEPOKPOS – Masalah sampah kemasan paket yang menumpuk telah menjadi perhatian serius dalam konteks logistik modern. Dengan pertumbuhan perdagangan elektronik yang pesat, jumlah paket yang dikirimkan melalui layanan pengiriman telah meningkat secara signifikan.

Menurut data dari artikel yang dipublikasikan oleh databoks, J&T memimpin pasar logistik di Indonesia dengan volume pengiriman terbesar. Mereka mampu mengirimkan sekitar 2 juta paket setiap harinya. Di posisi kedua, terdapat JNE, perusahaan logistik yang telah lama berkecimpung dalam industri ini, dengan kemampuan mengirim sekitar 1,6 juta paket per hari.

Sementara itu, SiCepat menempati peringkat ketiga dengan volume pengiriman sebesar 1 juta paket per hari. Ninja Express dan SAP masing-masing mengirimkan sekitar 0,65 juta dan 0,15 juta paket per hari. J&T, yang mulai beroperasi pada tahun 2015, didirikan oleh Jet Lee, mantan CEO Oppo Indonesia, dan telah mengalami ekspansi ke Tiongkok sejak tahun 2021 .

Hal ini berdampak pada penumpukan sampah kemasan yang dimana berdasarkan data jumlah pengiriman paket per hari tersebut dapat disimpulkan bahwa bubblewrap/plastik menjadi salah penyumbang sampah terbanyak di Indonesia.

Volume besar sampah kemasan membutuhkan infrastruktur pengelolaan limbah yang canggih dan biaya tambahan bagi penyedia layanan logistik. Penanganan sampah kemasan yang tidak efisien dapat menghambat proses pengiriman dan meningkatkan risiko pencemaran lingkungan.

Oleh karena itu, penanganan masalah sampah kemasan paket yang menumpuk menjadi penting dalam upaya untuk mencapai keberlanjutan lingkungan dan efisiensi logistik yang lebih baik. Closed Loop Supply Chain bisa menjadi salah satu solusi untuk masalah penumpukan sampah paket.

Closed Loop Supply Chain (CLSC) atau Rantai Pasok Tertutup adalah sistem logistik yang mengembalikan produk atau kemasan kepada produsen untuk diproses kembali atau didaur ulang. Tujuan utama sistem ini adalah meminimalisir sampah dan limbah serta meningkatkan efisiensi dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada.

Salah satu contoh penerapan CLSC dapat dilihat dalam distribusi sayuran. Pada distribusi sayuran ini, kemasannya sering kali berupa wadah yang dapat digunakan kembali. Setelah pengiriman selesai, wadah-wadah ini dikembalikan ke produsen atau pusat distribusi untuk dicuci dan digunakan lagi pada pengiriman berikutnya, mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai dan limbah kemasan.

Limbah organik, seperti sayuran yang rusak atau tidak terjual, dikumpulkan dan dikembalikan ke produsen untuk dijadikan kompos atau pakan ternak. Hal ini mengurangi limbah organik dan memanfaatkan bahan yang masih bernilai.

Selain itu, beberapa perusahaan menggunakan kemasan yang dapat didaur ulang atau biodegradable. Setelah digunakan, kemasan ini dikumpulkan dan dikirim kembali ke produsen atau fasilitas daur ulang untuk diproses menjadi kemasan baru atau produk lain yang dapat digunakan kembali.

Berdasarkan penerapan CLSC pada distribusi sayuran, suatu box inovasi yang ramah lingkungan dapat dibuat dengan alur logistik yang sama. Penggunaan kemasan paket berbahan plastik yang tidak ramah lingkungan dapat diganti dengan plastik polypropylene yang lebih ramah lingkungan.

Pada proses pendauran ulang, kemasan paket ini dapat lebih mudah diolah. Selain peralihan pada kemasan paket, upaya menciptakan logistik ramah lingkungan juga dilakukan melalui penerapan transportasi berkelanjutan, seperti penggunaan truk listrik atau hybrid dalam pengiriman box ramah lingkungan ini. Rute pengiriman yang efektif juga akan mengurangi pengeluaran bahan bakar dan emisi.

Penggabungan kedua upaya tersebut dapat meningkatkan proses logistik menjadi lebih bersih dan mengurangi potensi sumbangan sampah. Namun, bagaimana nasib box yang tidak terjual atau hampir kedaluwarsa? Box ramah lingkungan dapat dikumpulkan dan disumbangkan ke organisasi nirlaba melalui pengelolaan sisa produk.

Ini mencegah produk yang masih layak konsumsi terbuang percuma dan membantu mengurangi potensi peningkatan sampah di Indonesia. Perusahaan juga dapat menerapkan program pemulihan produk, di mana box inovasi yang rusak atau tidak memenuhi standar kualitas pasar dikembalikan untuk diolah menjadi produk baru.

Perusahaan dapat menerapkan konsep Closed Loop Supply Chain (CLSC) untuk membuat sistem logistik yang lebih berkelanjutan dan efisien. Ini akan meningkatkan reputasi perusahaan dan kepuasan pelanggan, yang akan menjadi lebih peduli dengan praktik bisnis yang ramah lingkungan.

Singkatnya, rantai pasokan tertutup atau Closed Loop Supply Chain (CLSC) adalah solusi logistik yang berfokus pada keberlanjutan dengan mengembalikan kemasan atau produk kepada produsen untuk didaur ulang atau diproses kembali. Dalam konteks penerapan Closed Loop Supply Chain (CLSC) pada distribusi sayuran, integrasi inovasi yang ramah lingkungan tidak hanya berhenti pada kemasan dan transportasi.

Perusahaan dapat menerapkan teknologi Internet of Things (IoT) untuk memonitor dan mengoptimalkan seluruh proses logistik. Sensor IoT dapat digunakan untuk memantau kondisi lingkungan di dalam truk selama pengiriman, memastikan sayuran tetap segar dan mengurangi potensi pemborosan.

Selain itu, pemanfaatan analitik data dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang pola konsumsi dan permintaan pasar. Dengan analitik data, perusahaan dapat memprediksi kebutuhan pelanggan lebih akurat dan mengatur produksi serta distribusi secara efisien, mengurangi surplus dan produk yang tidak terjual.

Ini membantu meminimalkan limbah makanan dan meningkatkan efisiensi operasional. Dengan berkolaborasi dengan pihak ketiga seperti perusahaan daur ulang dan organisasi nirlaba dapat diperkuat untuk memastikan seluruh rantai pasokan bekerja secara sinergis dalam mencapai tujuan keberlanjutan.

Melalui kerjasama ini, perusahaan dapat memastikan bahwa setiap langkah dalam proses logistik, dari produksi hingga distribusi dan pengolahan akhir, berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip ramah lingkungan.

Dengan mengimplementasikan strategi-strategi tersebut, perusahaan tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional dan kepuasan pelanggan, tetapi juga berkontribusi secara signifikan dalam upaya global untuk mengurangi dampak lingkungan dan mencapai keberlanjutan jangka panjang.

Penggunaan transportasi berkelanjutan dan program pemulihan produk meningkatkan produktivitas dan citra perusahaan serta mengurangi dampak lingkungan. Oleh karena itu, alur logistik distribusi sayur dapat digunakan sebagai contoh yang cukup efektif untuk membuat kotak inovasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Closed Loop Supply Chain (CLSC) adalah solusi logistik yang berfokus pada keberlanjutan dengan mengembalikan kemasan atau produk kepada produsen untuk didaur ulang atau diproses kembali. Penggunaan transportasi berkelanjutan dan program pemulihan produk meningkatkan produktivitas dan citra perusahaan serta mengurangi dampak lingkungan.

Oleh karena itu, alur logistik distribusi sayur dapat digunakan sebagai contoh yang efektif untuk membuat kotak inovasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Intan Apgredisilvi,
Mahasiswa Politeknik Astra Program Studi Teknologi Rekayasa Logistik.

Pos terkait