DEPOKPOS – Universitas Indonesia (UI) melalui Fakultas Kedokteran (FK) menganugerahi gelar Adjunct Professor kepada Prof. Dr. Takahiro Oike, MD, Ph.D, Sp. Onk.Rad, seorang pakar Onkologi Radiasi berkebangsaan Jepang. Penyerahan gelar tersebut dilakukan oleh Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB., pada seremoni yang dilaksanakan pada Senin (1/7) di Aula IMERI FKUI, Kampus UI Salemba, Jakarta.
“Prof. Oike adalah seorang ilmuwan terpandang di bidang Onkologi-Radiasi. Hari ini kita tidak hanya memberikan penghargaan kepada Prof. Oike, tetapi juga merayakan penguatan kerja sama antara Indonesia dan Jepang dalam riset dan edukasi. Kerja sama ini tentu akan menjadi wadah untuk pertukaran pengetahuan, ide dan inovasi antar institusi kita. Sekali lagi, saya ucapkan selamat dan apresiasi kepada Prof. Oike atas penghargaan yang diraih berkat kemampuan dan komitmen yang ditunjukkan,” ujar Prof. Ari.
Lebih lanjut, Prof. Oike juga telah memberikan kontribusi signifikan kepada FKUI khususnya pada Program Studi Spesialis Onkologi Radiasi. Kontribusi yang diberikan berupa bimbingan dan transfer knowledge kepada para staf pengajar dan peserta didik Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Onkologi Radiasi. Selain itu ia juga membimbing staf yang sedang menjalani program doktor di Gunma University.
Kemudian, Prof. Oike juga telah banyak membimbing mahasiswa Sp1 Onkologi Radiasi pada modul Onkologi Dasar dan Radiobiologi. Lalu, ia juga membimbing dan berkolaborasi dalam penyusunan tesis atau disertasi pada Program Studi Sp1 Onkologi Radiasi, Program Doktor Ilmu Biomedik, dan Program Doktor Ilmu Kedokteran FKUI.
Saat ini Prof. Oike bekerja sebagai Associate Professor di Departemen Onkologi Radiasi, Fakultas Kedokteran Gunma University. Kepakarannya meliputi Biologi Kanker, Radiasi, Onkologi, Radioterapi Kanker, dan Radioterapi Partikel Berat Carbon-Ion. Ia juga melakukan penelitian terkait Genomik Kanker dan melihat bagaimana gen diekspresikan dan interaksi antara gen yang berbeda ataupun faktor genetika pada tumor, terutama hubungannya dengan radiasi.
Pada kesempatan tersebut, Prof. Oike menyampaikan pidato inaugurasi yang berjudul “Building Indonesia-Japan Alliance in Research and Education for Next Generation Radiation Therapy in Cancer Management”. Ia menyampaikan terkait tantangan yang dihadapi Ahli Onkologi Radiasi masa kini dalam menghadapi krisis identitas.
Saat ini, Ahli Onkologi Radiasi muda di Jepang menghabiskan banyak waktu di depan layar komputer untuk mendesain terapi radiasi dengan presisi tinggi, sehingga hal ini mengambil porsi terbesar dalam pekerjaan mereka. Namun, 15 tahun lalu, proporsi terbesar justru lebih banyak dihabiskan bersama pasien (bedside).
“Di masa depan, banyak tugas seperti keputusan perawatan, kontur, perencanaan, dan iradiasi harian akan diambil alih oleh Artificial Intelligence (AI). Dengan demikian, kita sepantasnya akan mendapatkan banyak waktu untuk kembali berhadapan secara langsung dengan pasien. Kita perlu menemukan kebutuhan yang belum terpenuhi dari penderitaan pasien, membawanya ke laboratorium, dan mengembangkan inovasi-inovasi terbaru di bidang onkologi. Masa sekarang ini semata-mata hanyalah fase transisi dalam evolusi cepat radioterapi,” ujar Prof. Oike.
Sampai dengan saat ini, Prof. Oike berhasil menulis lebih dari 100 jurnal ilmiah yang sebagian besarnya terpublikasi pada jurnal-jurnal terpadang dengan ranking Q1- Q2. Beberapa judul penelitiannya, antara lain Creatine-riboside is a cancer cell-derived metabolite associated with arginine auxotrophy (2022); DNA double-strand break repair pathway regulates PD-L1 expression in cancer cells (2017); dan BRCA1 directs the repair Pathway to Homologous Recombination by Promoting 53BP1 Dephosphorylation (2017).
Gelar Adjunct Professor adalah penghargaan bergengsi yang diberikan kepada seseorang dari institusi luar negeri yang unggul dalam bidang tertentu dan berbagi pengetahuannya dengan FKUI, terutama di departemen terkait dalam bidang pendidikan dan penelitian. Penghargaan ini diharapkan menjadi jembatan antara kedua institusi untuk menjalin kerja sama dalam penelitian dan pendidikan.