FKUI Temukan Terobosan Baru Diagnostik Kanker Paru Melalui Teropong Saluran Napas

DEPOK – Mahasiswa Program Doktor Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran (FK), Universitas Indonesia (UI), dr. Mia Elhidsi, Sp.P(K), membuka jalan baru diagnostik kanker paru. Melalui disertasi berjudul “Peran Pencitraan Bronkoskopi Gelombang Cahaya Spektrum Sempit dalam Menilai Kelainan Morfologis Sel Trakeobronkial Pada Kanker Paru dan Hubungannya dengan Mutasi Gen P53”, ia menemukan cara deteksi dini kanker paru yang memungkinkan terapi kuratif melalui pembedahan dengan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi.

Dalam penelitiannya, dr. Mia berfokus pada penggunaan bronkoskopi (teropong saluran napas) dengan Gelombang Cahaya Spektrum Sempit (GCSS) untuk mengevaluasi dan mengambil jaringan biopsi dari saluran napas non-tumor. Metode ini digunakan untuk mendeteksi mutasi gen p53 yang memiliki peran penting dalam mengontrol pembelahan dan kematian sel. Fitur GCSS memungkinkan visualisasi pembuluh darah dengan kontras tinggi.

Bacaan Lainnya

“Pembuluh darah yang meningkat dan abnormal sering kali dipicu oleh iritan seperti rokok atau tumor, sehingga dengan metode ini, kelainan pada mukosa saluran napas dapat dideteksi dan diambil sampelnya untuk analisis lebih lanjut,” ujar dr. Mia dalam sidang Promosi Doktor yang berlangsung pada Rabu (10/7), di Ruang Auditorium Lantai 3 Gedung IMERI-FKUI, Jakarta.

Riset yang dilakukan dr. Mia melibatkan 105 pasien kanker paru dewasa yang menjalani pemeriksaan bronkoskopi di Rumah Sakit Persahabatan selama periode Januari–November 2023. Selain menggunakan bronkoskopi GCSS dan biopsi jaringan non-tumor, analisis juga dilakukan dengan pemeriksaan histopatologis menggunakan pewarnaan hematoksilin dan eosin (HE), serta metode PCR untuk mendeteksi mutasi gen p53 (R175L, R248W, R273C).

Dari analisis yang dilakukan, dr. Mia menemukan kanker paru banyak terjadi pada pria perokok dengan tipe adenokarsinoma tahap lanjut. Ia juga mendeteksi mutasi baru pada gen p53, yaitu heterozigot pada titik Kodon 267 dan 180. Metode bronkoskopi dengan pola vaskular berliku menunjukkan hasil terbaik dalam mendeteksi kelainan ini dengan akurasi tinggi. Temuan tersebut menjanjikan kemajuan signifikan dalam skrining kanker paru di Indonesia dengan meningkatkan akurasi dan efisiensi diagnosis.

“Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi angka kematian pasien kanker paru melalui diagnosis dini, serta mengubah paradigma penanganan kanker paru dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya skrining rutin. Kami mengusulkan pada pemerintah untuk mendukung pemerataan pengadaan bronkoskopi, terutama di rumah sakit madya, serta mengembangkan pelatihan bronkoskopi untuk meningkatkan kualitas pelayanan,” kata dr. Mia.

Berkat penelitiannya, dr. Mia dinobatkan sebagai Doktor ke-39 FKUI di tahun 2024 dengan predikat summa cum laude. Sidang promosi doktor dipimpin oleh Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dengan Promotor Prof. dr. Menaldi Rasmin, Sp.P(K), serta Ko-Promotor dr. Jamal Zaini, Ph.D, Sp.P(K) dan Dr. dr. Lisnawati, Sp.PA(K). Adapun tim penguji yang diketuai Prof. Dr. dr. Suhendro, Sp.PD-KPTI, terdiri atas Prof. Dr. rer. nat. Dra. Asmarinah, MSi; Dr. dr. Aria Kekalih, MTI; dan penguji tamu dari Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Noni Novisari Soeroso, M.Ked(Paru), Sp.P(K).

Dekan FKUI mengapresiasi dr. Mia yang juga merupakan pengajar di Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI–Rumah Sakit Persahabatan. Ia mengatakan, “Saya mengucapkan selamat kepada Dr. dr. Mia Elhidsi, Sp.P(K) yang meraih gelar doktor dengan predikat summa cum laude. Topik penelitiannya luar biasa karena banyak pembaharuan yang muncul, terutama dalam mendeteksi kanker paru. Apalagi, terkait hubungannya dengan pasien merokok dan dilihat dari sisi biologi molekulernya dengan mutasi gen p53. Mudah-mudahan ini bisa diteruskan dengan penelitian lanjutan, termasuk penelitian mutasi barunya.”

Sementara itu, Prof. Menaldi Rasmin selaku Promotor sekaligus Dekan FKUI Periode 2004–2008 menyebut bahwa hasil penelitian dr. Mia dapat digunakan untuk skrining dan deteksi dini orang yang memiliki gejala kanker paru. “Kanker paru terus mengalami peningkatan dalam mortalitas dan morbiditas, dan sering kali pasien datang dalam keadaan yang sudah berat. Ditambah juga Indonesia merupakan negara perokok ke-3 di dunia, sehingga skrining dan deteksi kanker paru menjadi sangat penting,” ujarnya.

Pos terkait