Jenazah Orang Tua Dicuri Dari Kubur, Elsye Sahertian Duga Ada Keterlibatan Oknum Perwira Polisi

Jenazah Orang Tua Dicuri Dari Kubur, Elsye Sahertian Duga Ada Keterlibatan Oknum Perwira Polisi
Kondisi kubur almarhum Piet R Sahertian di TPU Benteng Ambon setelah digali oleh OTK.

Kabartoday, AMBON – Ipda JS, Kanit Sabhara Polsek Nusaniwe, diduga terlibat dalam kasus pencurian jenazah di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Benteng, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon.

Pasalnya, Ipda JS disinyalir cukup “berperan aktif” dalam perebutan jenazah Piet Rudolf Sahertian antara istri almarhum Mathilda Malaihollo dan anak bungsu almarhum Elsye FA Sahertian.

Bacaan Lainnya

Bahkan diduga kuat, Ipda JS ikut mengatur skenario dan waktu pencurian hingga jenazah Piet R Sahertian dapat dibawa “kabur” dari dalam kuburnya.

Elsye FA Sahertian, anak bungsu almarhum Piet R Sahertian

“Sabtu kemarin (19/10/2024) jenazah orang tua saya hilang dari kubur. Dicuri. Dan saya duga kuat ada keterlibatan pak polisi JS (Ipda JS, Kanit Sabhara Polsek Nusaniwe) dalam perkara pencurian jenazah ayah kandung saya,” ungkap Elsye kepada media ini di Ambon, Senin (21/10/2024).

Elsye katakan sudah seminggu lebih dirinya berproses mempertahankan jenazah ayah kandungnya agar tetap dimakamkan di Ambon di samping makam ibu kandung ayahnya.

Ia terus berjuang agar ayahnya tetap dimakamkan di Ambon sesuai dengan permintaan almarhum sebelum meninggal di Jakarta yang meminta untuk dikuburkan di Ambon jika meninggal.

Saat ini, jenazah almarhum masih berada di ruang kamar mayat RSUD Haulussy. Jenazah gagal diberangkatkan ke Jakarta karena berhasil di cegat keluarga di Bandara Pattimura Sabtu (19/10/2024).

Peristiwa pencurian jenazah Piet R Sahertian diduga terjadi Sabtu (19/10/2024) dinihari di TPU Benteng. Pencurian ini baru diketahui pada pagi harinya saat anak bungsu korban Elsye hendak menabur bunga di makam ayah tercintanya.

Dugaan keterlibatan Ipda JS makin terang berdasarkan pengakuan JB, salah satu pegawai honor RSUD Haulussy yang bertugas di Instalasi Pemulasaraan Jenazah.

JB membongkar keterlibatan Ipda JS saat ia dihubungi oleh bapak AS, salah satu keponakan almarhum melalui telepon seluler. Rekaman percakapan JB juga dikantongi media ini.

Saat keponakan almarhum bertanya kepada JB soal siapa yang perintahkan sampai proses penggalian jenazah, JB tanpa ragu mengungkapkan nama seorang perwira polisi.

“Kalau katong (kita) di kamar jenazah tidak ada keterkaitan dengan hal itu (penggalian kubur). Ini samua polisi, polisi yang perintahkan. Bapak John. Polisi dengan keluarga. Beta seng tahu pak John siapa, tapi beta kenal orangnya,” ungkap JB.

Untuk memastikan siapa sebenarnya polisi bernama John di Polsek Nusaniwe ini, AS kemudian mengirimkan foto Ipda JS melalui aplikasi Whatsapp kepada JB. Selanjutnya AS bertanya “Oke (nama panggilan JB), Jon yg ini kha..?,”. Dijawab JB “Ia Bpk Ari,”.

Dengan tegas JB mengaku siap memberikan kesaksian jika sewaktu waktu diminta.

“Saya siap (beri kesaksian). Sesuai dengan kebenaran,” tegasnya.

JB menuturkan bahwa Ipda JS, lebih dari satu kali datang pertemuan di RSUD Haulussy.

“Setiap datang pertemuan itu pakai pakaian dinas. Untuk siapa yang gali, sebaiknya tanya pak Wakapolsek saja karena Wakapolsek yang arahkan orang untuk menggali,” tandas JB.

Menurut JB, Ipda JS dalam pertemuan dengan pihaknya mengaku sebagai Wakapolsek.

Terkait dengan peran aktif Ipda JS dalam pembongkaran kubur ini, Kapolsek Nusaniwe AKP John W Anakotta tegaskan tidak pernah memberikan perintah.

AKP John W Anakotta, Kapolsek Nusaniwe.

“Dari awal sampai hari ini kegiatan dia (Ipda JS) saya selaku Kapolsek tidak pernah memberikan perintah, saya tidak pernah suruh baik secara lisan maupun dengan surat perintah,” tegas Anakotta saat dikonfirmasi media ini melalui telepon seluler, Senin (21/10/2024) .

Kapolsek Nusaniwe katakan itu tindakan Ipda JS yang diduga ikut aktif berperan dalam kisruh perebutan jenazah ini merupakan tanggung jawab Ipda JS sendiri karena dirinya selaku Kasatwil Kecamatan Nusaniwe tidak tahu.

Anakotta ungkapkan bahwa sudah dilakukan mediasi sebanyak dua kali antara para pihak yaitu istri almarhum yang berseteru dengan anak bungsu soal jenazah ini.

Mediasi pertama dilakukan Minggu (13/10/2024) di Pos Benteng Polsek Nusaniwe yang difasilitasi Kapolsek Nusaniwe.

Mediasi kedua dilakukan Selasa (15/10/2024) di Polresta Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease yang difasilitasi Kapolresta Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, Kombes Pol Driyano Andri Ibrahim.

Namun dalam dua kali mediasi tersebut, tidak ada titik temu untuk kedua belah pihak bersepakat. Karena itu, Kapolresta Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease mempersilahkan para pihak yang tidak puas agar tempuh jalur hukum untuk menyelesaikan masalah ini.

“Mediasi sudah seperti itu dan dia (Ipda JS) masih begitu, ya itu urusan dia. Tanggung jawab dia,” tandas Anakotta.

Selalu orang nomor satu di Polsek Nusaniwe, Anakotta mengaku telah mengingatkan Ipda JS beberapa kali, bahkan sempat marah di apel.

“Saat apel saya sudah tegaskan tidak ada orang yang punya kewenangan selain saya. Kan begitu. Bahwa koordinasi ke tingkat atas ya itu ranah pimpinan, bukan gawe anak buah. Kan begitu hirarkinya,” jelasnya.

Dikatakan, setiap organisasi apalagi di institusi kepolisian ada hirarki secara berjenjang. Dan jika ada anggota polisi bekerja diluar prosedur maka itu menjadi tanggung jawab pribadi yang bersangkutan.

“Ada hirarki, tapi kalau dia kerja di luar prosedur ya itu tanggung jawab dia sendiri atas perbuatannya,” tukas Anakotta.

Soal dugaan ada aliran uang ke oknum polisi di Polsek Nusaniwe, ia mengaku tidak tahu.

“Jika ada informasi aliran uang, saya tidak tahu menahu dengan itu. Silahkan tanya kepada yang bersangkutan (Ipda JS) jika memang ada seperti itu. Saya masih punya moral,” tukasnya.

Terhadap permasalahan yang mendapat titik temu ini, Anakotta menghimbau kepada semua pihak untuk dapat menjaga situasi kamtibmas yang sudah baik ini. Apalagi menjelang Pilkada yang akan digelar akhir bulan November.

Dia tidak segan-segan akan memproses hukum siapa saja yang mengganggu situasi kamtibmas di wilayah hukum Polsek Nusaniwe.

“Kalau ada pihak pihak yang mengganggu kamtibmas, kita sesuaikan dengan proses hukum sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku,” pungkasnya.

Peran aktif Ipda JS di masalah ini bukan sekali saja. Dia juga ada saat penggalian kubur almarhum Piet R Sahertian pertama kali pada Minggu (13/10/2024) pagi.

Penggalian kubur pertama ini sempat dipergoki Elsye Sahertian bersama sejumlah keluarga dari pihak almarhum yang berasal dari Negeri Porto, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah.

Sempat terjadi perdebatan di kuburan antara para pihak. Elsye bersama keluarga pihak almarhum meminta agar tidak dilakukan penggalian kubur. Namun Ipda JS yang saat itu berpakaian dinas tetap bersikeras untuk tetap dilakukan penggalian dan mengangkat jenazah almarhum dari dalam kubur. (IMRAN)

Pos terkait