KabarToday l Aceh Tamiang – Cuaca Ekstrim yang tak dapat diajak kompromi beberapa hari terakhir dimasa musim penghujan saat ini, mengakibatkan Kabupaten Aceh Tamiang Propinsi Aceh, dihantam hujan lebat dengan intensitas curah hujan yang sangat tinggi.
Sehingga kondisi tersebut, membuat air Sungai meluap dan mengakibatkan Tanggul Penahan luapan air Sungai di Desa Sungai Kuruk Kecamatan Seruway runtuh dan jebol. Sehingga membuat sebahagian besar daerah di sekitarnya, hingga kebeberapa Kecamatan dan Desa yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang harus terendam Banjir.
Hasil Rekap Data Bencana Alam Banjir di Kabupaten Aceh Tamiang Oktober 2024, seperti yang dilansir dari BPBD Kabupaten Aceh Tamiang, Senin (14/10/2024) menyebutkan, adapun ketinggian air Banjir tersebut berfariasi antara 10 Cm hingga 200 Cm, dan kondisi ini mengakibatkan, sebanyak 721 KK dan 1.286 Jiwa, terpaksa harus mengungsi.
Kepala BPBD Aceh Tamiang Iman Suhery dalam keterangan Pers Rilisnya menyebutkan, bencana Banjir tersebut berdampak kepada 9 Kecamatan dan 49 Desa yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang.
Diantara yakni, Kecamatan Tenggulun, 6 Desa masing-masing, Desa Rimba Sawang, Simpang Kiri, Tebing Tinggi, Selamat, Tenggulun dan Sumber Makmur.
Kemudian, di Kecamatan Bendahara, 1 Desa terdampak Banjir yakni, Desa Rantau Pakam. Dan Kecamatan Tamiang Hulu juga 1 Desa yaitu Desa Rongoh.
Selanjutnya Kecamatan Sekerak, ada 5 Desa yang terdampak Banjir, masing-masing Desa Baling Karang, Juar, Bandar Mahligai, Pantai Perlakuan dan Pantai Tinjau.
Kecamatan Kejuruan Muda, ada 7 Desa yang terdampak Banjir, diantaranya Desa Alur Selebu, Suka Makmur, Bukit Rata, Seumadam, Purwodadi, Sidodai, dan Sungai Liput.
Kecamatan Kota Kualasimpang, dampak Banjir dialami oleh 5 Desa, yakni Desa Kota Kualasimpang, Kota Lintang, Sriwijaya, Perdamaian, serta Bukit Tempurung.
Kecamatan Rantau, sebanyak 5 Desa terdampak Banjir, yaitu Desa Alur Cucur, Landu, Alur Manis, Benua Raja dan Desa Durian.
Kecamatan Seruway, terdapat 7 Desa yang terdampak Banjir, diantaranya Desa Padang Langgis, Pantai Balai, Gelung, Pekan Seruway, Kampung Baru dan Sungai Kuruk Satu.
Terakhir Kecamatan Karang Baru terdapat 12 Desa yang terdampak Banjir, masing-masing adalah Desa Simpang Empat, Mananggini, Sukajadi, Kebun Tanah Terban, Medang Ara, Rantau Panjang, Tanjung Karang, Tanjung Seumantoh, Kampung Dalam, Bundar, Air Tenang, serta Tanah Terban.
Iman Suhery juga menjelaskan, adapun jumlah Korban yang mengalami luka-luka sebanyak 5 orang dan sakit 4 orang, seperti yang dialami Warga Desa Pekan Seruway Kecamatan Seruway.
Pihaknya berharap, kepada masyarakat setempat yang berdekatan dengan sungai agar tetap hati-hati dan waspada, dikarenakan cuaca dan iklim yang ekstrim saat ini tidak menutup kemungkinan hujan dengan intensitas tinggi dan lebat dapat membuat air sungai meluap.
Pantauan Wartawan sejak terjadinya peristiwa Bencana Alam ini, beberapa hari belakangan, Bencana Banjir belum juga surut dan diketahui cukup membuat resah, karena mengalami kerugian yang besar bagi masyarakat, dan telah mengganggu kehidupan masyarakat sekitar.
Bukan hanya itu, pihak Pemerintah setempat, TNI dan Polri, juga relawan harus mengalami kewalahan bekerja, serta bersusah payah melakukan pelayanan dalam rangka mengurangi tingkat resiko dan bahaya yang terjadi bagi masyarakat akibat Banjir tersebut.
Terlihat, bantuan logistik makanan juga berdatangan, untuk menjaga stabilitas kesehatan dan asupan gizi bagi Masyarakat atau warga yang terdampak Banjir. Begitu pula Tim Medis dan pihak lainnya, semua berjibaku memberikan pelayanan terbaik untuk membantu masyarakat terkena Banjir.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang melalui Pj Bupati Aceh Tamiang Asra, telah menaikan Status Bencana Banjir ini menjadi Tanggap Darurat.
Asra menetapkan status bencana ini menjadi tanggap darurat setelah melalui rapat koordinasi bersama seluruh unsur Forkopimda Aceh Tamiang dan Kepala BPBA, yang berlangsung di Aula Pendopo Aceh Tamiang, Rabu (16/10/2024) malam hingga jelang dini hari, seperti yang dikutip dari beberapa pemberitaan di Media Online Aceh.
“Tadi malam kami sudah menyampaikan kondisi dampak bencana, khususnya di Seruway. Berdasarkan analisis dan kajian, kami menaikkan status bencana ini menjadi tanggap darurat,” kata Asra kepada Wartawan, Kamis (17/10/2024) pagi.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang mendukung dinaikkannya status ini, di antaranya Bencana Banjir di Seruway telah mengganggu kehidupan masyarakat setempat.
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, dampak Banjir yang sudah berlangsung selama enam hari telah merusak sedikitnya 20 rumah dan 2 ribu jiwa mengungsi.
Di sisi lain, Pemkab Aceh Tamiang tidak bisa berbuat banyak mengingat penyebab utama banjir ini berasal dari kerusakan tanggul.
“Pemeritah Kabupaten tidak bisa turun, wewenang itu ada di provinsi,” jelasnya.
Asra menjelaskan Pemkab Aceh Tamiang sejauh ini sudah berupaya maksimal menyuplai kebutuhan pangan masyarakat melalui dapur umum yang dibuka di Posko Damkar Seruway.
Pihaknya juga telah mengerahkan petugas kebersihan untuk membantu masyarakat membersihkan titik Banjir yang mulai surut.
Penetapan ini dilakukan Asra tidak lama setelah Pemerintah Aceh menetapkan delapan daerah sebagai tanggap darurat. Delapan daerah ini tidak termasuk Aceh Tamiang.
Dilain pihak, Pemerhati Pembangunan Daerah Aceh-Sumut- Riau- Jambi, Bambang Tambunan, menanggapi Bencana Banjir yang melanda Kabupaten Aceh Tamiang, kepada Wartawan, Kamis (17/10/2024) di Medan mengatakan, bahwa mengingat jebolnya tanggul di Desa Sungai Kuruk Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang adalah merupakan wewenang Pemerintah Propinsi Aceh, maka pihaknya berharap, agar Pemerintah Aceh fokus pada perbaikan dan pembangunan tanggul yang jebol.
Hal ini disampaikannya, sehubungan, tanggul tersebut adalah salah satu proyeksi yang dibangun Pemerintah setempat untuk mengantisipasi Banjir. Dan keberadaannya sudah sangat lama dibangun. Yang pastinya membuat jaminan ketahanan tanggul mulai berkurang akibat terkikis oleh arus air selama ini.
Sehingga, katanya, disaat debit air meningkat oleh karena intensitas curah hujan yang tinggi dengan arus air yang deras menghantam tanggul, membuat tanggul tersebut tidak dapat menahan jalannya deras arus dimaksud, sehingga mengakibatkan Tanggul menjadi jebol.
Untuk saat ini, tambahnya, disamping usaha pengendalian tanggap darurat yang telah dilakukan bekerja sama dengan semua pihak, seperti para Stokholder, TNI/Polri, Pemerintah Pusat, maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setempat.
Baik dalam hal penyediaan pasokan makan dan pakaian, pelayanan kesehatan, serta tempat pengungsian bagi warga, pihak Pemprovsu juga harus fokus pada upaya perbaikan atau pembangunan tanggul dimaksud, guna mengurangi dampak kerugian yang dialami masyarakat Aceh, serta mengantisipasi kejadian alam yang sama jangan terulang kembali di kemudian hari.
Pihaknya meyakini, Pemerintah Propinsi Aceh pasti mampu melaksanakannya. (Okta)