Kabartoday, AMBON – Direktur Pembinaan Masyarakat (Dirbinmas) Polda Maluku Komisaris Besar Polisi Hujra Soumena secara mendadak mengumpulkan 22 raja di tiga kecamatan wilayah Jazirah Kabupaten Maluku Tengah.
Raja atau Upu Latu dari 11 Negeri di Kecamatan Leihitu, 5 Negeri di Kecamatan Leihitu Barat serta 6 Negeri di Kecamatan Salahutu.
Secara mendadak para raja ini berkumpul Jumat (17/1/1025) di Cafe Mandar, Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon.
Dalam pertemuan tersebut, Kombes Hujra jelaskan maksud pertemuan ini untuk membahas situasi Kamtibmas di wilayah Jazirah, yang dalam beberapa waktu terakhir ternyata tidak baik baik saja.
Pasalnya ada beberapa kejadian penganiayaan yang jika tidak disikapi dengan bijak, bisa bermuara pada konflik antar kampung.
“Kita berkumpul sore ini di tempat ini tidak lain dan tidak bukan adalah niat tulus kita untuk jaga kedamaian di Maluku, khususnya di Jazirah,” ungkap Hujra.
Ia katakan, jika terdengar ada keributan di Maluku dan khususnya di wilayah Jazirah, maka semua mata pejabat kepolisian di Polda Maluku akan tertuju kepadanya.
Pasalnya saat ini di jajaran Pejabat Utama Polda Maluku, Hujra adalah anak asli Jazirah serta putra asli Maluku tertua. Karena itu, dirinya sering menjadi sorotan jika terjadi gangguan kamtibmas di Maluku terkhusus di wilayah Jazirah.
“Di Polda kalau terdengar masalah ribut ribut di Jazirah, semua mata tertuju ke beta (saya). Dari situ, beta merasa terbeban,” tuturnya.
Dihadapan para raja di tiga kecamatan ini, mantan Dirreskrimsus Polda Maluku ini akui tidak bisa kerja sendiri untuk menjaga Kamtibmas.
Untuk itu ia berharap bantuan serta partisipasi aktif dari para Raja sebagai pemimpin di masing-masing Negeri untuk bersama-sama ciptakan kamtibmas yang aman dan kondusif di wilayah masing-masing.
“Beta (saya) tidak bisa kerja sendiri. Beta butuh bantuan dari para upu (Raja) semua untuk sama-sama ciptakan situasi aman dan damai di Maluku,” harapnya.
Hujra kemudian menyampaikan gagasannya untuk membentuk satu komunitas yang bertugas untuk membantu menjaga kamtibmas. Komunitas ini nanti berada di setiap negeri.
“Ini program beta, untuk membentuk satu komunitas. Sumbernya dari basudara di masing-masing kampung. Setiap kampung jumlahnya 10 orang. Dan mereka diluar dari perangkat desa. Pemimpin komunitas ini adalah kepala pemuda setempat,” jelas jebolan Akpol tahun 1999.
Dihadapan para raja ini, Hujra berharap semua warga harus mendukung agar bisa hilangkan imej wilayah Jazirah identik dengan kekerasan.
“Kita harus hilangkan imej bahwa di Jazirah itu tukang ribut. Karena itu ada beberapa hal yang harus jadi perhatian semua,” tandasnya.
Seperti minuman keras yang mayoritas selalu menjadi pemicu tindak pidana. Ia berharap kepada para raja dan seluruh warga wilayah Jazirah untuk bersama-sama menjaga wilayahnya agar terbebas dari miras.
Faktor lain yang harus jadi perhatian bahwa di Jazirah dan Maluku umumnya, ego negeri terlalu tinggi.
“Ini termasuk berat. Kita masih memiliki ego negeri yang terlalu tinggi. Kalau ego untuk hal yang baik itu sebuah nilai positif. Tetapi sering juga kita terlalu ego untuk hal-hal yang kurang baik. Contohnya, kalau ada masalah pribadi, langsung di sangkut pautkan ke negeri. Ini yang terkadang memicu konflik antar kampung. Ini yang kurang baik,” imbuhnya.
Ia tegarkan, kalau ada persoalan pribadi dan masuk ranah hukum, ya kita serahkan ke penegak hukum yang tangani. Jangan main hakim sendiri lalu libatkan orang satu kampung.
“Terkadang juga ada anak negeri yang terlibat tindak pidana malah dilindungi di negeri sendiri. Saya minta agar perangkat negeri jangan lindungi anak negeri yang terlibat persoalan hukum, apalagi tindakannya yang memicu perkelahian antar kampung. Tolong jangan dilindungi. Serahkan dia untuk diproses hukum,” pinta mantan Wakapolresta Serang Kota Polda Banten ini.
Ia juga menyoroti wilayah Jazirah yang akhir-akhir ini mulai rawan narkoba. Menurutnya, hasil identifikasi Ditnarkoba Polda Maluku, ternyata di Leihitu juga sudah rentan Narkoba. Ada sabu dan sintetis.
“Nanti kita petakan, dimana bandar-bandarnya, tidak akan ada ampun bagi mereka. Saya dapat info kalau ada petugas masuk mau tangkap narkoba, ada yang toki tiang listrik. Bikin ricuh. Kalau begitu caranya, nanti beta yang pimpin pasukan untuk tangkap. Kita gerebek langsung,” tukas Hujra . Ia kecewa karena daerah asalnya menjadi rawan narkoba.
Atas beberapa hal tersebut, ia berharap para raja di wilayah tiga kecamatan ini, dapat bersinergi dengan kepolisian serta unsur lainnya untuk menciptakan wilayah Jazirah Leihitu dan Salahutu menjadi daerah yang aman dan damai.
Dalam pertemuan tersebut, Kombes Hujra didampingi Wadir Binmas AKBP Rosita Umasugi, Kasubdit Bin Polmas Kompol Hendrik Rumsory, Kasubdit Satpam AKBP Albert Sihite. Turut hadir dalam pertemuan tersebut Kapolsek Leihitu Iptu Moyo Utomo serta Camat Leihitu Sigit J Sanduan. (IMRAN)